Jumat 09 Mar 2018 15:29 WIB

Netanyahu Buka Pameran di Yerusalem

Pameran ini disponsori oleh pemerintah Israel.

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Benjamin Netanyahu
Foto: AP/Gali Tibbon
Benjamin Netanyahu

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuka sebuah pameran di Yerusalem. Pameran ini untuk memperkuat klaim Israel terhadap kota bersejarah tersebut.

Ini juga dimaksudkan untuk memberi teguran keras kepada lebih dari 125 negara yang mendukung klaim Palestina. Palestina menginginkan agar Yerusalem timur menjadi ibu kota masa depan mereka.

Pameran yang disponsori Israel ini membuat orang-orang Yahudi di Yerusalem merasa kembali berabad-abad sebelum era Kristen. Netanyahu mengatakan hal ini menunjukkan sejarah panjang Yerusalem sebagai kota orang Israel dan orang-orang Yahudi.

"Ini ditolak oleh mereka yang berusaha menghapus sejarah umat kita, hubungan kita dengan tanah kita, dan hubungan kita dengan ibu kota kita yang abadi, Yerusalem," katanya.

Baca juga, Netanyahu terbelit skandal korupsi

PBB telah memasang tanda di pintu masuk pameran yang diadakan di halaman gedung organisasi ini. Tanda tersebut berisi pernyataan PBB yang mengaku tidak mensponsori pameran tersebut.

"Tentu saja ini tidak mewakili PBB. Ini mewakili kebenaran, dan kami akan terus mengatakan yang sebenarnya di mana-mana, termasuk ke PBB," ujarnya.

Menurutnya, melalui pameran ini Israel ingin mengubah posisinya di dunia. "Dan yang terpenting, kita memperjelas bahwa kita memperjuangkan kebenaran dan hak-hak kita. Kami juga memperjuangkan keamanan," tambahnya.

Sebelum menghadiri pembukaan pameran , Netanyahu bertemu dengan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley. Ia memuji dukungan kuat Haley untuk Israel di PBB.

Sementara itu, Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan perdana menteri Israel tidak meminta untuk bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Terkadang para pemimpin datang untuk melakukan kunjungan yang sangat cepat. Sekretaris jenderal dan pejabat seniornya sering berhubungan dengan pemerintah Israel. Tidak ada yang bisa membaca keadaan tersebut," katanya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement