Rabu 09 Jan 2019 00:52 WIB

Mesir Batasi Warga Gaza Seberangi Perbatasan Rafah

Penarikan otoritas Palestina dari Rafah akibat Hamas kerap mengganggu operasi.

 Pos penyeberangan perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir.
Foto: AP/Roger Anis
Pos penyeberangan perbatasan Rafah, antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH— Mesir membatasi orang-orang Palestina memasuki negara itu dari Gaza pada Selasa (8/1). Kebijakan ini berlaku setelah personel Otoritas Palestina (PA) ditarik dari perlintasan perbatasan Rafah sementara Hamas untuk saat ini menggantikan posisi PA.  

Perselisihan mengenai perbatasan itu berawal dari petikaian antara PA dukungan Barat dan gerakan Hamas, yang mengendalikan Gaza lebih satu dekade lalu dalam perang saudara yang singkat.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan Rafah telah menjadi pintu keluar satu-satunya dari Gaza bagi sekitar 95 persen penduduknya yang berjumlah 2 juta. 

Dengan menyebut alasan keamanan, Israel tetap memberlakukan pembatasan ketat mengenai gerakan orang-orang Palestina di perlintasan-perlintasan perbatasannya.

Para karyawan PA ditugaskan ke perlintasan-perlintasan perbatasan Gaza dengan Israel dan Mesir pada 2017. Ini meurpakan langkah yang membuka Rafah bagi lalu lintas dua arah, setelah mediasi Mesir mengarah pada perjanjian rekonsiliasi Palestina, yang sejak itu goyah.

Pada Ahad (6/1), PA mengumumkan penarikan personelnya dari Rafah dan menuding Hamas mengganggu operasi-operasinya serta menahan beberapa karyawannya. 

Sejak Mei, perlintasan itu beroperasi tiap hari setelah pembukaan-pembukaan sporadis selama beberapa tahun.

Ketika tiba di Gaza, seorang warga Gaza, Hani Abu Sharekh mengatakan kepada Reuters, dia berharap Mesir akan segera memulihkan penuh operasi fasilitas itu untuk mengizinkan para penumpang keluar. 

“Tak ada alternatif ke perlintasan Rafah, inilah satu-satunya jendela bagi sebagian besar rakyat kami untuk bepergian dan berobat dan menempuh pendidikan," kata Abu Sharekh, 48 tahun, setelah kembali dari Kairo, tempat istrinya dirawat di rumah sakit.

Hamas mengatakan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang memimpin PA dan telah memeberlakukan serangkaian sanksi ekonomi atas Gaza menekan Hamas untuk menyerahkan kekuasaan, menghancurkaan prospek bagi penyatuan.

Seorang pejabat Palestina yang memiliki kontak erat dengan Mesir, mengatakan, setelah personel PA ditarik, Kairo memutuskan membuka perlintasan Rafah hanya bagi warga Palestina yang kembali ke Gaza.

Pembatasan Mesir, kata pejabat itu, menujukkan "kekecewaannya atas goyahnya perjanjian rekonsiliasi 2017". 

Tetapi seorang pejabat Mesir di Kairo mengatakan ia tidak berharap Rafah ditutup sama sekali.

"Mesir mengakui pentingnya situasi kemanusiaan di Gaza dan perlintasan Rafah merupakan titik akses penting bagi warga Palestina," kata pejabat itu, dengan menambahkan bahwa negaranya akan meninggalkan usaha medianya.

 

 

 

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement