Jumat 01 Apr 2011 06:45 WIB

Terowongan Runtuh, Seorang Gerilyawan Palestina Tewas

REPUBLIKA.CO.ID,KOTA GAZA--Seorang gerilyawan dari kelompok Jihad Islam Palestina tewas Kamis ketika sebuah terowongan yang ia gali untuk menyerang tentara Israel runtuh di Jalur Gaza utara. "Seorang anggota Brigade Al Quds tewas ketika sebuah terowongan perlawanan ambruk," kata Jihad Islam dalam satu pernyataan, merujuk ke sayap militernya.

Kelompok itu mengatakan runtuhnya terowongan itu merupakan kecelakaan dan terjadi di dekat Jabaliya di Jalur Gaza utara. Gerilyawan menggunakan "terowongan perlawanan" untuk menguji dan menyusup ke Israel atau menyerang tentara Israel, seperti terowongan yang digunakan untuk menangkap prajurit Israel Gilad Shalit, yang sekarang masih dalam tahanan gerilyawan, meskipun telah berkali-kali diupayakan pembebasannya oleh Israel melalui perundingan pertukaran tawanan dengan kelompok Hamas.

Lebih dari 100 warga Palestina juga telah tewas dalam sejumlah kecelakaan dalam terowongan penyelundupan yang menghubungkan Gaza selatan dan Mesir. Juga pada Kamis, gerilyawan menembakkan sebuah roket dari Jalur Gaza ke kota Ashkelon di Israel, tapi roket itu jatuh di sebuah tempat terbuka tanpa menimbulkan kerusakan, menurut bebersapa saksi dan sumber Palestina.

Militer Israel mengatakan mereka tidak dapat memastikan serangan roket dari Gaza itu. Pekan lalu gerilyawan telah setuju untuk menjalani periode tenang, yang secara efektif minta penghentian hingga 10 hari serangan roket, dan Israel membalas serangan-serangan roket itu.

Meskipun ada ketegangan di dan sekitar Gaza, Israel dan Hamas tampaknya enggan terseret ke dalam konfrontasi berdarah lainnya di sepanjang garis perang mematikan 2008-2009. Perang antara Israel dan Palestina pada pergantian tahun baru itu menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar dari mereka warga Palestina.

Perang 22 hari yang telah menimhulkan keprihatinan internasional itu dilancarkan Israel dalam upaya untuk menghentikan serangan roket tanpa henti dari Gaza.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement