REPUBLIKA.CO.ID,Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad, dan sejawatnya asal Aljazair, Abdelaziz Bouteflika, menekankan bahwa masalah di negara-negara regional termasuk di Libya dan Pantai Gading, harus diselesaikan tanpa campur tangan pihak asing, dan menyatakan bahwa berbagai program dan rencana kaum imperialis untuk kawasan tidak diterima oleh bangsa-bangsa independen.
Kantor berita IRNA melaporkan, Ahmadinejad Senin (20/6) dalam dialognya dengan Bouteflika via telepon mengatakan bahwa Barat berupaya merevivalisasi imperium masa lalu mereka di kawasan. Menurut Ahmadinejad, "Kendala negara-negara seperti Libya dan Pantai Gading, harus diselesaikan di benua tersebut dan tanpa campur tangan pihak asing, serta yang pasti para pembesar benua Afrika dapat menyelesaikan masalah di kawasan itu."
Ahmadinejad menegaskan pula bahwa Iran selalu berada di samping saudara-saudaranya di kawasan dan bangsa-bangsa independen serta mendukung mereka. Dikatakannya, "Kekuatan arogan Barat menggunakan berbagai sarana seperti jejaring sosial untuk merongrong bangsa-bangsa bebas dan Republik Islam Iran yang memiliki pengalaman berharga dalam menghadapi propaganda lunak, siap untuk berbagi pengalaman dengan bangsa-bangsa independen."
Lebih lanjut dijelaskan Ahmadinejad, "Di puncak serangan lunak kaum imperialis terhadap Iran di jejaring sosial, masyarakat Iran bergerak dengan kompak menuju jejaring sosial itu dan mematahkan propaganda asing dengan memberikan informasi yang benar. Ini menjadi pengalaman berharga yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak."
Di lain pihak, Abdelaziz Bouteflika, Presiden Aljazair, menyinggung pelaksanaan sidang Uni Afrika yang akan memfokuskan pembahasan mengenai krisis di Libya dan Pantai Gading, seraya menyatakan, "Program kaum imperialis untuk kawasan, tidak akan diterima oleh bangsa-bangsa independen, dan harus ada reaksi proporsional terhadap intervensi asing dalam masalah regional."
Presiden Aljazair menjelaskan, "Teknologi moderen telah memberi peluang kepada pihak asing untuk menciptakan kondisi baru anti-negara-negara independen dan pengalaman Republik Islam Iran dalam hal ini dapat menjadi balasan yang proporsional terhadap makar musuh."