REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Laporan mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ditangkap dituduh sebagai berita palsu oleh sumber yang dekat dengan putra Ahmadinejad. Sebelumnya, media melaporkan Ahmadinejad ditangkap karena diduga menghasut kerusuhan melawan rezim Iran.
Seorang jurnalis garis keras Alireza Mataji mengatakan di Twitter pada Sabtu malam dia telah menghubungi putra Ahmadinejad, dan dia menolak laporan yang menyebutkan ayahnya ditahan. "Saya telah berbicara dengan putra mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Dia menyangkal ayahnya ditangkap," kata Mataji di Twitter, dikutip Alaraby, Senin (8/1).
Dia melaporkan Ahmadinejad tetap berkantor seperti biasanya. Sebelumnya, harian Al Quds Al Arabi yang berbasis di London, dengan mengutip sumber terpercaya, mengatakan Ahmadinejad mengkritik pemimpin Iran dalam sebuah kunjungan ke kota barat di Bushehr pada 28 Desember. Dia diduga mengatakan tentang pemerintah Presiden Hassan Rouhani dan masyarakat Iran tidak tahu apa-apa.
Media tersebut juga melaporkan komentar Ahmadinejad tersebut menjadi latar belakang demonstrasi anti-pemerintah selama beberapa hari itu. Dan komentar itu pula yang menyebabkan pihak berwenang menempatkannya sebagai tahanan rumah.
Mataji menuduh penulis berita tersebut telah memberitakan laporan palsu atau hoax. Penulis berita itu adalah seorang mantan editor di desk Iran dari media penyiaran yang berbasis di Arab Saudi, Al-Arabiya TV.
Mataji juga membantah keaslian komentar anti-pemerintah yang diduga dikeluarkan oleh Ahmadinejad yang dikutip oleh Arab media, yang banyak di antaranya tampaknya berasal dari akun Twitter palsu yang tidak terhubung dengan akun resmi mantan presiden tersebut.
Aksi protes di Iran itu dimulai pada Kamis di timur laut di kota Masyhad. Aksi demonstrasi anti-pemerintah itu dengan cepat menyebar ke kota-kotalain termasuk Teheran, Khorramabad, Karaj dan Sabzevar. Ribuan orang turut serta mengambil bagian dalam demonstrasi anti-pemerintah itu. Dan ini menjadi pertunjukan terbesar dari pembangkangan publik sejak 2009, ketika rakyat Iran sebagai bagian dari Gerakan Hijau yang baru terbentuk turun ke jalan untuk mencalonkank emenangan pemilihan bagi mantan presiden Mahmoud Ahmadinejad yang mereka duga dicurangi.
Protes ini awalnya berfokus pada kenaikan biaya hidup, namun dengan cepat fokus terhadap rezim tersebut secara umum dengan teriakan kematian untuk diktator. Dalam upaya penghentian aksi demonstrasi itu, pemerintah Iran memblokir akses ke platform media sosial Telegram dan Instagram, yang kini bergabung dengan Facebook dan Twitter yang telah dilarang. Sedikitnya 21 orang telah meninggal sejak demonstrasi dimulai, da sekitar 450 orang telah ditangkap.