Ahad 03 Jul 2011 10:24 WIB

Pemilu Thailand, Thaksin Siapkan "Kloningnya"

Red: cr01
 Petugas pemilu Thailand tengah bersiap-siap jelang pemungutan suara.
Foto: abc.net.au
Petugas pemilu Thailand tengah bersiap-siap jelang pemungutan suara.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK – Rakyat Thailand mengikuti pemungutan suara hari ini, Ahad (3/7), dalam pemilihan umum yang dipandang penting bagi masa depan negara kerajaan yang terpecah-belah tersebut. Thailand, selama beberapa tahun terakhir telah dilanda kebuntuan politik dan maraknya protes jalanan.

Pemungutan suara tersebut adalah uji coba utama dan pertama bagi pemerintah sejak pertemuan terbuka besar-besaran kaum oposisi di ibukota Thailand, Bangkok, tahun lalu. Pertemuan tersebut telah memicu bentrokan saudara paling mematikan di negeri Gajah Putih dalam beberapa dasawarsa dan menghantam industri pariwisata.

Pemungutan suara dimulai pukul 08.00 waktu setempat (08.00 WIB) dan ditutup pukul 15.00. Lebih dari 170.000 polisi dikerahkan untuk melindungi tempat pemungutan suara, yang dapat mengantarkan kembalinya mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra dan sekutu politiknya.

Mantan jutawan yang digulingkan dalam kudeta militer 2006 itu kini hidup di pengasingan. Ia mendukung adik perempuannya, Yingluck Shinawatra, mencalonkan diri untuk menggantikan dirinya. Wanita pengusaha berusia 44 tahun ini dijagokan oleh banyak orang di Thailand untuk menjadi perdana menteri wanita pertama di negeri tersebut. Walau Yingluck merupakan pendatang baru di kancah politik, ia digambarkan oleh Thaksin sebagai "kloning dirinya".

Jajak pendapat menunjukkan ibu satu anak itu mengungguli calon partai Demokrat yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva. Abhisit kini tengah berjuang menyelamatkan karir politiknya setelah memangku jabatan kurang dari tiga tahun.

Thaksin tetap menjadi tokoh yang mengundang perpecahan besar. Ia disayangi jutaan pemilih di pedesaan tapi dibenci oleh kalangan elit yang memerintah dan diburu dengan tuduhan terorisme sehubungan dengan protes 2010 oleh pendukungnya, kelompok "Baju Merah".

Lebih dari 90 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dalam serangkaian bentrokan di jalan antara pemrotes—yang kebanyakan tak bersenjata—dan tentara yang menembakkan peluru aktif.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement