Kamis 17 Nov 2011 08:38 WIB

Benetton Cabut Iklan Kontroversial Ciuman Para Tokoh Agama dan Politisi

Iklan kontroversial Benetto yang menggambarkan Presiden AS Barack Obama berciuman dengan Presiden Cina Hu Jiantao
Foto: Benetton
Iklan kontroversial Benetto yang menggambarkan Presiden AS Barack Obama berciuman dengan Presiden Cina Hu Jiantao

REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY--Iklan kontroversial perusahaan busana, Benetton Clothing Company, tentang perdamaian ternyata berbuntut heboh. Iklan yang menggambarkan sejumlah pimpinan dunia berciuman itu memicu protes di mana-mana. Benetton akhirnya menarik iklan tersebut.

Salah satu yang paling diprotes adalah gambar iklan Paus Benedict XVI berciuman dengan imam Mesir. Menurut yang melihatnya, iklan tersebut sangat provikatif. Benetton baru merilis iklan tersebut Rabu lalu. Benetton berdalih, iklannya semata-mata mendukung toleransi dan kasih sayang global.

Iklan Benetton bukan cuma ciuman Paus. Tapi juga sejumlah tokoh lain. Seperti Presiden AS Barack Obama yang berciuman dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez. Keduanya, selain negara masing-masing, memang tak mesra hubungannya.

Kemudian ada iklan ciuman Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Kedua tokoh ini, seperti diketahui, memang tak akur karena masalah pendudukan Israel di tanah Palestina.

Ada sejumlah tokoh lain yang digambarkan berciuman itu. Iklan ini awalnya terpampang di laman Benetton. Sejam setelah dipasang, akhirnya Benetton mencabut iklan itu.Masalahnya, iklan cetaknya sudah beredari di sejumlah kota besar seperti Milan, New York, Paris, Tel Aviv, dan Roma. Benetton bertindak cepat dengan segera mencabut iklan tersebut.

"Iklan itu menunjukkan rasa tak horman pada Paus," kata juru bicara Vatikan, Federico Lombardi.

Benetto mengklaim, foto iklan tokoh politik dan pemimpin agama semata-mata untuk citra rekonsiliasi dengan sentuhan ironis tapi provokatif. Iklan itu dimaksudkan menstimulasi refleksi akan kondisi politik terkini, kerukunan beragama terkini.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement