Ahad 06 May 2012 23:13 WIB

Usai Pemilu, Yunani di Ambang Ketidakpastian

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Chairul Akhmad
Seorang lelaki tunawisma tertidur di tepi jalan, di samping bendera kecil Yunani yang didapatnya usai menghadiri kampanye pemilu, Sabtu (5/5).
Foto: AP
Seorang lelaki tunawisma tertidur di tepi jalan, di samping bendera kecil Yunani yang didapatnya usai menghadiri kampanye pemilu, Sabtu (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA – Yunani memulai pemilihan suara tepat pukul 07.00 waktu setempat, Ahad (6/5). Pemilu kali ini dinilai sebagai pemilu paling kritis dan tidak pasti dalam satu dekade terakhir.

Sebanyak 32 partai bersaing memperebutkan suara 10 juta pemilih terdaftar. Banyak dari pemilih, berdasarkan jajak pendapat malam sebelumnya, masih ragu-ragu menentukan pilihannya.

Tingkat pemilih yang abstain diramalkan akan mencapai tingkat tertinggi sepanjang sejarah. Dalam pemilihan nasional terakhir pada 2009, tercatat hanya 70 persen pemilih terdaftar yang menggunakan hak pilihnya.

Publik merasa kecewa dengan kepemimpinan dua partai berkuasa, yaitu Partai sosialis PASOK dan partai konservatif, Partai Demokrasi Baru. Kedua partai tersebut telah berkuasa selama 38 tahun dan diperkirakan sulit mengumpulkan cukup suara untuk membentuk pemerintahan.

Kemarahan publik terhadap pemerintahan sangat tinggi. Hal tersebut memaksa para politisi tidak melakukan kampanye di jalan-jalan karena khawatir diserang.

Jajak pendapat terakhir yang diterbitkan dua pekan menjelang pemilihan menunjukkan kedua partai berkuasa tidak mendapatkan dukungan yang memuaskan. Dukungan terhadap mereka mencapai posisi terendah sejak pertengahan 1970-an. Partai Demokrasi baru hanya berhasil mengumpulkan suara 33,47 persen.

Yunani harus memberlakukan upaya penghematan anggaran lebih ketat lagi bulan depan untuk menjaga aliran uang, mencegah kebangkrutan dan potensi dikeluarkan dari negara anggota Zona Eropa. Yunani kini bergantung sepenuhnya pada dana pinjaman internasional dari negara Eropa lain dan Dana Moneter Internasional (IMF).

sumber : AFP/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement