REPUBLIKA.CO.ID, Ketika Unit Pasukan khusus AS dikirim ke sebuah banguna beton di Abbottabad setahun lalu, missi mereka tak hanya untuk membunuh Usamah bin Ladin. Mereka juga diminta mengumpulkan data intelijen sebanyak yang mereka bisa.
Setelah melewati analisa mendalam, beberapa data yang dibawa oleh Tim SEAL 6--nama tim yang bertugas dalam penyergapan--beberapa data dianggap tak berguna dan tak relevan. Sementara dokumen lain memang memberikan informasi intelijen kualitas tinggi.
Semua dokumen tadi telah diungkap ke publik dan hanya 17 yang masih dirahasiakan. Dokumen tersebut sebagian memberi gambaran kerja Alqaidah dan sel-sel yang terkait dengan grup tersebut serta bin Laden sendiri.
Pengamat dari Universitas Amerika, Stephen Tankel, menyatakan, "Bin Laden tidak meninggal sebagai pria yang bahagia dalam kaitan dengan arah gerak Alqaidah."
"Salah satu yang terungkap sangat jelas dari dokumen-dokumen tersebut ialah keprihatinannya terhadap posisi organisasi yang berafiliasi terhadap Alqaidah dan ketiadaan kontrol Bin Ladin atas mereka. Apa yang diperbuat para organisasi tadi merusak nama dan reputasi Alqaidah," papar Stephen. Kondisi itu, ujarnya, membuat Bin Ladin Frustasi.
Melalui serangkaian utusan dan kurir di antara orang-orang kepercayaannya, dalam dokumen itu Usamah disebut menjalin kontak dengan sejumlah orang yang mengklaim memiliki visi dan aspirasi serupa dengan pemimpin Alqaidah itu. Namun, Usamah tak bisa membuat mereka tunduk dan melakukan apa yang ia inginkan.
Salah satu sumber kejengkelan dan frustasi itu ialah banyak sekutu dan organisasi yang berafiliasi justru membunuh lebih banyak Muslim ketimbang Amerika. Aksi itu justru membuat mereka kehilangan dukungan dari populasi lokal.
Usamah, menurut dokumen temuan AS, menyaksikan masalah berkembang lewat jaringan-jaringan yang dibentuk Irak dengan Abu Musaib al-Zarqawi. Ia pun menulis ke beberapa grup dan mencoba meyakinkan mereka untuk tidak membuat kesalahan yang sama.
Ia juga merasa strategi besarnya telah dilecehkan dan memandang sejumlah pendukungnya tak becus dalam berpolitik dan bahkan bodoh. Saking gusarnya, serangan terhadap sejumlah masjid dan orang tak berdosa hampir membuat bin Laden berkonfrontasi langsung dengan Taliban di Pakistan.
Hingga pada saat terakhirnya, Usamah terus meyakinkan Alqaidah untuk terus fokus hanya menyerang Amerika dan Amerika. Ia bahkan menginginkan cerminan spektakuler seperti peristiwa 11 September.
Ia menulis pula mengenai operasi penyerangan terhadap Air Force One, pesawat resmi kepresidenan AS yang membawa Barack Obama. Usamah meyakini kematian Obama akan membuat AS kocar-kacir karena wakil presiden AS, Joe Biden, dipandang tidak siap untuk mengambil alih jabatan presiden.