Sabtu 08 Sep 2012 19:26 WIB

Inilah 5 Resep SBY untuk Hadapi Situasi Ekonomi Dunia

SBY sedang menyampaikan pidato di depan para chief executive officer dal am APEC CEO Summit di Vladivostok, Rusia, Sabtu (8/9). SBY menjadi salah satu pembicara utama dalam pertemuan para pengusaha yang masih merupakan rangkaian dari KTT APEC.
Foto: Nasihin Masha/Republika
SBY sedang menyampaikan pidato di depan para chief executive officer dal am APEC CEO Summit di Vladivostok, Rusia, Sabtu (8/9). SBY menjadi salah satu pembicara utama dalam pertemuan para pengusaha yang masih merupakan rangkaian dari KTT APEC.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nasihin Masha/ Laporan dari Vladivostok, Rusia

VLADIVOSTOK –  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak dunia, terutama kalangan pengusaha, untuk menanamkan modalnya di bidang infratruktur. “Dana global harus digunakan untuk pendanaan infrastruktur, khususnya di negara yang sedang bangkit,” katanya, Sabtu (8/9).

Presiden mengajukan lima resep dalam menghadapi situasi ekonomi dunia saat ini. Hal itu ia ungkapkan saat menjadi pembicara utama dalam KTT CEO APEC, yang diikuti sekitar 700 pengusaha. Dalam rangkaian KTT APEC, para pengusaha dari negara-negara tersebut juga mengadakan KTT di tempat yang sama. Menurutnya, pengusaha adalah mitra penting dalam mencapai integrasi ekonomi regional dan kesejahteraan yang lebih luas.

Lima resep itu ia kemukakan karena apa yang sudah dicapai APEC bukan merupakan jaminan bagi masa depan. Menurutnya, masi hada ketidakpastian dunia. Sebagai contoh ia mengemukakan terjadinya kenaikan harga pangan dan ketidakamanan pasokan energi. Untuk itu, APEC harus menjadi lebih kuat dan lebih bisa bekerja sama dalam lima resep yang ia kemukakan.

Ia mengakui bahwa GDP perkapita anggota APEC lebih tinggi daripada negara-negara non-APEC dan lebih tinggi daripada rata-rata GDP perkapita dunia. Pada 1992, GDP perkapita negara-negara APEC adalah 6.719 dólar AS, namun pada 2011 menjadi 15.889 dolar AS.

Menurutnya, APEC harus memperkuat perannya dalam investasi, khususnya dalam pembangunan infrastruktur. “Ini akan mendorong permintaan barang modal dan teknologi, termasuk dari negara-negara maju,” katanya. Pada saat yang sama, hal itu akan merawat pertumbuhan di negara berkembang dan di negara maju. Hal ini merupakan situasi yang saling menguntungkan antara negara maju dan negara berkembang.

Sedangkan resep kedua adalah, para pengusaha harus efisien dalam alur barang, masyarakat, dan jasa. “Kita harus mempercepat upaya untuk mencapai konektivitas yang lebih luas. Mengaitkan konektivitas nacional dan regional,” katanya. Hal itu akan mengurangi ekonomi biaya tinggi dan membuat wilayah Asia Pasifik lebih kompetitif dan menyatu. Konektivitas juga akan memperbaiki keseimbangan pertumbuhan dan mempersempit jurang antar-negara APEC.

Resep ketiga, APEC membutuhkan pengembangan mekanisme dan sistema peringatan dini. Ini bukan hanya ditujukan untuk menghindari efek crisis ekonomi tapi juga untuk menghindarkan mereka menjadi pusat crisis di masa depan. “Kita harus sadar bahwa krisis ekonomi dapat ditimbulkan oleh kerentanan pasokan pangan dan pasokan serta biaya energi,” katanya.

Resep keempat, ketidakpastian yang persisten dalam arsitektur ekonomi global akan menciptakan kesulitan dalam berbisnis. Karena itu, APEC harus lebih kuat dalam bersinergi dengan forum multilateral lain. Resep kelima, negara-negara APEC dapat memberi sumbangan pada daya tahan wilayah dengan memperkuat capaian ekonomi negara-negara anggotanya. “Ini untuk mengimbangi penurunan ekspor global,” katanya.

Investasi dan konsumsi adalah sebuah strategi untuk menjaga pertumbuhan positif. Hal ini hanya bisa dicapai jika tiap-tiap negara memperbaiki regulasinya masing-masing, yaitu dalam hal logistik dan pasokannya.

Pada kesempatan itu, Presiden juga menjelaskan tentang kondisi ekonomi Indonesia terkini. Dengan jumlah penduduk 240 juta orang, Indonesia dilimpahi kekayaan alam. Selain itu, Indonesia juga memiliki pertumbuhan kelas menengah tercepat di Asia Tenggara. Indonesia juga memiliki demografi usia muda, produktif, tenaga kerja yang kreatif, dan pasar domestik yang besar. “Kami juga unggul dalam hal demografi dengan lebih dari 50 persen penduduknya berusia di bawah 30 tahun,” katanya.

Presiden juga mengungkapkan bahwa tahun lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,5 persen. Hal ini yang membuat konsumsi domestik kuat, yang memberi sumbangan 60 persen pada GDP. Selain itu juga memperkuat investasi, yang tumbuh 30 persen. “Ini capaian yang membanggakan di tengah penurunan ekonomi global,” katanya. Indonesia juga menjadi Negara terbesar ke-15 di dunia, yaitu dengan GDP lebih dari 1 triliun dolar AS.

“Indonesia bisa berkontribusi pada pertumbuhan global jika kami dapat menjaga pertumbuhan domestik kami,” katanya. Untuk itu, Indonesia harus menjaga konsumsi domestik dan investasi. Hal itu bisa dilakukan dengan memperkuat daya beli melalui stabilitas harga, jaminan sosial bagi masyarakat miskin, dan menciptakan lapangan kerja.

 

Pada sisi lain, Indonesia juga harus melanjutkan perbaikan iklim investasi. Salah satunya dengan alokasi anggaran 20 persen untuk pendidikan. Tahun ini, katanya, investasi langsung dari luar negeri (FDI) diharapkan mencapai 20 miliar dólar AS, naik sepertiga dibandingkan tahun lalu. Dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia juga menginisiasi pembangunan secara massif melalui MP3EI hingga tahun 2025. Program ini akan menyerap dana 500 miliar dólar AS.

Program itu memiliki spektrum sektor ekonomi yang luas seperti pembangunan infrastruktur, keamanan pangan dan energi, tertmasuk sains dan teknologi. “Saya mengundang Anda sebagai mitra. Kami memiliki skema kemitraan privat-publik,” katanya. Menurutnya, infrastruktur yang lebih baik di Indonesia akan memperkuat konektivitas kawasan ASEAN. Ini juga akan mendukung konektivitas kawasan Asia Pasifik secara lebih luas. “Ini akan memacu aktivitas bisnis akibat akses yang mudah, jaringan produksi wilayah, dan membuat produk dan jasa lebih dekat dengan konsumen,” katanya.

 

Karena itu, SBY menawarkan investasi di bidang jalan raya, rel kereta, pelabuhan, bandara, telekomunikasi, dan pembangkit listrik. “Ini akan mempercepat konektivitas internal dan eksternal,” katanya.

SBY juga memperkenalkan teka KTT APEC tahun depan di Indonesia, yaitu Resilient Asia Pacific: The Engine of Global Growth.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement