Senin 10 Sep 2012 15:58 WIB

Studi Perang Iran (1): AS tak Cukup Kirim Armada Kecil

Dua jet tempur F-15 E Eagle bersama pesawat pengebom B-2 dalam formasi udara.
Foto: USAF
Dua jet tempur F-15 E Eagle bersama pesawat pengebom B-2 dalam formasi udara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Bila Amerika Serikat benar-benar menyambar saran Benyamin Netanyahu dan menyerang Iran, jangan bayangkan hanya sejumlah pesawat tempur siluman dan pengebom. Usaha memundurkan progres nuklir Iran membutuhkan upaya total dengan beberapa skuadron pengebom dan jet tempur, beberapa tim komando, lapisan pencegat rudal dan seluruh grup kapal induk AL.

Semua masih belum cukup, tentu saja drone alias pesawat tanpa awak, piranti pemantau dan mata-mata, tanker pengangkut bahan bakar jet tempur dan dan pendukung logistik harus ikut serta demi menjaga operasi berjalan. Satu tujuannya, membuat AS dan Israel bebas nuklir Iran paling tidak satu dekade, itu bila skenario berhasil.

Banyak pembicaran longgar dan kisah-kisah bocor seputar apa saja yang mungkin dikerahkan dalam serangan ke Iran. Salah satu kajian strategis yang menarik disimak berasal dari analisis pertahanan seorang pakar dengan koneksi dekat ke Washington, Anthony Cordesman. Ia menyusun detil inventaris luar biasa mengenai kebutuhan dalam serangan ke Iran.

Katalog itu berisi pemaparan jumlah pengebom yang dibutuhkan hingga tipe-tipe bom yang harus diangkut. Ia menganalisis serangan Israel dan AS baik dalam bentuk nuklir atau tidak. Ia juga mengkaji seluruh kemungkinan serangan balik Iran dan cara untuk menetralkan mereka. Dari kajian itu Cordesman menarik dua kesimpulan utama.

"Israel tak memiliki kemampuan untuk melakukan serangan pencegahan yang bahkan bisa menunda nuklir Iran mundur dua tahun saja. Terlepas semua gertakan keras dan retorika tajam yang dilontarkan Yerusalem, wacana bahwa Israel meluncurkan serangan bisa berakibat sangat buruk.

Serangan akan memicu gelombang serangan balik Iran--baik lewat rudal, teror dan kapal tempur--. Situasi mempertaruhkan negara-negara di kawasan. Serangan hanya akan mengganggu dan merusak sistem pasokan minyak dunia, bahkan bila Israel mampu menjalankan misinya menghancurkan fasilitas nuklir Iran--hasil yang sangat diragukan oleh Cordesman, pakar dari Center for Strategic and International Studies.

Kesimpulan kedua, AS mungkin mampu menghambat program nuklir Iran hingga 10 tahun ke depan. Tapi untuk melakukan itu butuh energi superbesar. Serangan udara pertama saja bisa membutukan pasukan masif, termasuk pasukan pengebom utama, penghancur sistem pertahanan udara musuk, jet-jet tempur pengawal untuk melindungi pesawat pengebom, peralatan elektronik pendeteksi sekaligus untuk kebutuhan jamming, patroli tempur udara sebagia pengantisipasi semua balasan Iran lewat udara.

Namun, serangan pertama, tulis Cordesman, kemungkinan besar bagian termudah dari seluruh misi. (bersambung)

sumber : Wired
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement