Kamis 20 Sep 2012 12:40 WIB

Suu Kyi: Masalah Rohingya Adalah Kebencian

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Karta Raharja Ucu
Aung San Suu Kyi menggenggam mawar yang diberikan para pendukungnya kala mengunjungi daerah pemilihan Kawhnu.
Foto: Reuters
Aung San Suu Kyi menggenggam mawar yang diberikan para pendukungnya kala mengunjungi daerah pemilihan Kawhnu.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Pemimpin partai oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi akhirnya angkat bicara terkait kekerasan yang menimpa Muslim Rohingya. Tokoh yang dianggap sebagai pejuang demokrasi itu meminta agar Pemerintah Myanmar menghapus akar kebencian yang dinilainya menjadi pemantik pertikaian antar etnis tersebut.

Berbicara lewat Radio Free Asia, Suu Kyi mengatakan kunci menghentikan kekerasan kepada Muslim Rohingya adalah melepas semua akar kebencian. "Setiap kebencian, selalu ada ketakutan. Pemerintah (Myanmar) harus mengatasi masalah ini, dan membuat orang aman dan tidak terancam,'' kata Suu Kyi, saat berkunjung ke Amerika Serikat (AS), seperti dilansir Mizzima, Rabu (19/9) kemarin.

Kelompok Hak Asasi Internasional mengecam Suu Kyi yang bungkam terkait perilaku diskriminatif etnis Buddha Arakan terhadap Muslim Rohingya. Ia mengatakan tidak dapat berbuat banyak. Sebab, sebagai opisisi dirinya hanya dapat melakukan penekanan terhadap pemerintah terkait tewasnya 78 orang dalam konflik komunal awal Juni tersebut.

Kata dia, Liga Nasional Demokrasi (NLD) sangat ingin membantu mengembalikan harmonisasi antar etnis di negaranya itu. Namun tidak dalam memberikan keputusan, ataupun jawaban. Hal tersebut menurutnya harus dipahami mereka yang menginginkan dirinya berbuat lebih.

Peraih Nobel Perdamaian 1994 ini menegaskan kepada Pemerintah Myanmar agar penyelesaian konflik di negara bagian Rakhine tersebut, harus didasari pengakuan terhadap hak asasi manusia.

Pemerintah, masih kata Suu Kyi, membutuhkan resolusi konflik yang diakui kedua pihak yang bertikai. "Pemerintah harus berbicara satu sama lain, dan bernegosiasi. Pemerintah harus memilih persoalan melalui pembicaraan, bukan dengan kekerasan,'' tutur Suu Kyi.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton menegaskan Pemerintah Myanmar harus dapat membuat kondisi yang harmoni di Myanmar. Hillary mendesak agar Pemerintah Myanmar dapat menyelesaikan persoalan Muslim Rohingya.

Pekan lalu, Dalai Lama, Pemimpin Spritual Tibet, melayangkan surat kepada Suu Kyi terkait etnis Muslim Rohingya. Namun hingga sekarang, pemimpin yang berada di pengasingan tersebut tidak mendapat tanggapan

sumber : AFP/Mizzima
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement