Rabu 03 Oct 2012 19:14 WIB

Pemimpin Gereja Ortodoks Serbia Minta PM Larang Pawai Gay

REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD - Pemimpin kuat Gereja Ortodoks Serbia mendesak pihak berwenang melarang pawai hak asasi 'gay' di Beograd pada akhir pekan ini.

Sebab, menurut mereka, pawai tersebut tak lebih dari sebuah penghinaan terhadap Kristen. Kelompok kanan juga mengancam mengadakan unjuk rasa tandingan pada Sabtu dan mengganggu pameran seni di ibukota Serbia itu, tapi polisi menyatakan siap bertindak.

"Kami akan mengerahkan cukup pasukan untuk mencegah gangguan hukum dan ketertiban di Beograd dan selama akhir pekan ini," kata polisi, yang minta tidak disebutkan namanya, di Beograd, Rabu (3/10). "Akan ada tenggangrasa nol bagi kekerasan," tambahnya.

Serbia melarang pawai itu pada saat terakhir 2011, takut akan pengulangan kekerasan pada tahun sebelumnya, ketika puluhan luka dan ditangkap sesudah perusuh sepak bola dan nasionalis penentang pawai tersebut bentrok dengan polisi.

Pemimpin Irinej minta Perdana Menteri Ivica Dacic melarang acara itu, yang disebutnya pawai memalukan. "Itu membuat bayangan berat pada Beograd, budaya berabad-abad Kristen kami dan martabat keluarga sebagai dasar dari umat manusia," katanya.

Pada awal pekan ini, Dacic, yang juga menjabat menteri dalam negeri, menyatakan pawai yang menyerukan lebih banyak hak 'gay' di negara berpenduduk sebagian besar beragama Kristen Ortodoks itu adalah bahaya besar keamanan dan polisi dapat melarangnya.

Irinej juga minta Dacic melarang 'pameran skandal' oleh juru foto Swedia Elisabeth Ohlson Wallin, yang dijadwalkan dibuka pada Rabu malam, yang disebutnya mengejek Yesus Kristus karena menggambarkanya berpakaian perempuan dan bersepatu hak tinggi.

Penyelenggara Kebanggaan Beograd 2012 itu mencoba meredakan ketegangan, dengan menyatakan pameran tersebut tidak menghina siapa pun. "Juru foto itu adalah wanita religius serta ibu dua anak dan niatnya adalah menunjukkan bahwa hakikat kekristenan bukan penolakan, tapi penerimaan," kata pernyataan mereka.

Pemerintah tiga bulan itu, terdiri atas nasionalis dan Sosialis, yang pernah dipimpin orang kuat Slobodan Milosevic, ditekan Barat untuk menunjukkan kesiapannya membolehkan pawai itu dan melindungi hak asasi manusia agar upaya Serbia bergabung dengan Eropa Bersatu pada jalurnya. Masyarakat konservatif di Balkan biasa lambat menerima hak lebih besar "gay" dan acara serupa di wilayah itu sering berakhir dengan kekerasan.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement