Selasa 05 Feb 2013 02:28 WIB

Ahmadinejad Ingin Jadi Astronot Pertama Iran

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Karta Raharja Ucu
Ahmadinejad
Foto: Bebeto Matthews/AP
Ahmadinejad

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad bercita-cita menjadi astronot saat ia sudah lengser dari tampuk pimpinan Negeri Para Mullah tersebut.

Masa bakti Ahmadinehjad sebagai Presiden Iran bakal berakhir tahun ini. "Saya ingin menjadi warga Iran pertama yang akan ke luar angkasa," kata dia, saat menghadiri pameran terknologi antariksa di Ibu Kota Teheran, Iran, seperti dikutip kantor berita MEHR, dan dilansir laman worldbulletin, Senin (4/2).

Ahmadinejad menjelaskan kemajuan teknologi ruang angkasa negara yang dipimpinnya pantang terhalang. Ia memuji dedikasi ribuan ilmuwan Iran, yang terus melakukan terobosan untuk membangun negara.

Keinginannya menjelajah luar angkasa menjadi bukti shahih dukungannya kepada para ilmuwan Iran.

"Mengirimkan manusia ke ruang angkasa adalah dedikasi tinggi untuk kemajuan para ilmuwan. Dan saya siap," tegas mantan Wali Kota Teheran itu.

Pekan lalu, Badan Antariksa Iran, berhasil menguji coba roket jarak jauh untuk mengorbitkan satelit ke luar angkasa. Para ilmuwan juga menyertakan monyet di dalam satelit tersebut. Satelit beserta hewan mamalia itu, berhasil kembali ke bumi dengan selamat. Keberhasilan tersebut membuat negara-negara musuh mencurigai Iran mengembangkan persenjataan roket jarak jauh dan berhulu nuklir.

Ahmadinejad akan lengser keprabon alias menanggalkan kekuasaanya sebagai Presiden Republik Islam Iran pada 14 Juni mendatang. Rencananya, Iran bakal menggelar Pemilihan Umum untuk mencari pengganti Ahmadinejad.

Konstitusi Iran tidak memungkin Ahmadinejad terpilih kembali. Sejak memimpin pada 2005, Presiden Iran ke-6 ini banyak memberi perubahan bagi Negeri Para Mullah. Kemandirian ekonomi, dan tidak takluk dengan gertakan asing adalah gaya kepemimpinan Ahmadinejad yang sangat menonjol.

Kebijakan luar negeri yang dibawanya, kerap mendapat rapor merah dari negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Berbagai sanksi akibat kemajuan teknologi militer dan pertahanan negeri para mullah ini tidak membuat Iran takluk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement