Ahad 10 Feb 2013 20:29 WIB

PM Inggris: Skotlandia, Kenapa Harus Tinggalkan Inggris Raya?

Perdana Menteri Inggris, David Cameron.
Foto: AP
Perdana Menteri Inggris, David Cameron.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mengakui bahwa Skotlandia telah mampu menjadi bangsa yang merdeka. Di sisi lain, ia memohon negara anggota persemakmuran itu tidak memisahkan diri dari Kerajaan Inggris Raya.

Menjelang referendum kemerdekaan yang diperkirakan akan berlangsung tahun depan, Cameron mendesak Skotlandia untuk tidak memutus persatuan dengan Inggris yang telah terjalin sejak 306 tahun yang lalu.

"Selama ini sistem dalam Inggris Raya telah berjalan dengan baik, lalu kenapa harus memecahkannya?" tulis Cameron dalam sebuah artikel yang disiarkan oleh surat kabar di Skotlandia seperti dikutip Reuters, Ahad (10/2).

"Adalah hak Skotlandia untuk memutuskan apa jawaban dari pertanyaan ini. Namun, jawaban itu juga merupakan persoalan bagi semua negara persemakmuran Inggris Raya. Skotlandia lebih baik tetap menjadi bagian dari Inggris, dan kita semua akan menjadi lebih buruk jika memisahkan diri," ujar Cameron.

Sebelumnya, Scottish National Party (SNP) optimis kemerdekaan Skotlandia akan dapat dicapai pada 2016 dengan slogan "Yes Scotland". Partai yang diketuai oleh Alex Salmond itu beranggapan bahwa parlemen di London tidak memperhatikan kepentingan nasional negaranya.

Pemisahan diri Skotlandia dinilai oleh beberapa kalangan dapat menciptkan masalah serius bagi negara-negara anggota persemakmuran lain.

Beberapa analis mengatakan bahwa jika salah satu negara anggota persemakmurannya merdeka, Inggris akan kesulitan mempertahankan pengaruhnya di badan-badan internasional seperti Dewan Keuangan PBB dan juga Uni Eropa.

SNP sendiri pada bulan ini mempublikasikan sebuah dokumen yang mengusulkan masa transisi selama 16 bulan dan menyebut bahwa Hari Kemerdekaan untuk Skotlandia dapat dicapai pada Maret 2016.

Sementara itu jajak pendapat menunjukkan bahwa dukungan untuk kemerdekaan masih belum mencapai mayoritas dengan hanya mencapai 32 persen dukungan. Sementara warga Skotlandia yang menolak pemisahan diri justru didukung oleh 47 persen suara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement