Rabu 26 Jun 2013 07:50 WIB

Australia Usut Insiden Karamnya Kapal Pengungsi Juni 2012 lalu

Red:
Kapal Karam
Kapal Karam

CANBERRA --Pemerintah Australia mulai mengusut insiden karamnya kapal pengungsi pada Juni 2012 lalu di Pulau Christmas. Pemeriksaan resmi di Perth mendengarkan pengakuan sejumlah pencari suaka yang berhasil selamat dari kapal yang karam dan menewaskan lebih dari 100 orang.

Di forum itu para pencari suaka menceritakan bagaimana mereka ditinggalkan ditengah lautan, antara Indonesia dan Pulau Christmas  selama 14 jam sebelum akhirnya datang bantuan.

Dalam peristiwa itu, 109 orang penumpang berhasil diselamatkan,  17  jenazah ditemukan serta  85 orang hilang.

Pemeriksaan resmi ini hendak mencari tahu pihak mana yang bertanggung jawab atas lambatnya pengiriman bantuan bagi para pencari suaka  tersebut, apakah terletak pada pihak Indonesia atau pihak Australia.

Pemeriksaan awal ini juga hendak mengetahui apakan Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA)  butuh fasilitas yang lebih baik untuk merespon panggilan darurat.

Penasehat yang membantu tim forensik, Marco Tedeschi, mengatakan otoritas SAR Indonesia sangat tidak efektif dan tidak berupaya sama sekali mengirim helikopter atau kapal menuju lokasi kapal pencari suaka itu. AMSA  disebutkan pertama kali menerima telepon dari kapal pencari suaka pada tengah malam tanggal 19 Juni 2012,  tapi tidak ada indikasi jelas dimana  lokasi kapal pencari suaka yang mengalami gangguan.

Timeline yang dirilis Kementrian Dalam Negeri, Jason Clare, menunjukan AMSA kembali menerima panggilan bantuan  keesokan harinya dan langsung meneruskan informasi itu ke otoritas Indonesia.

Sore hari, pesawat Komando penjaga perbatasan (BPC) melihat ada sebuah kapal tengah  berlayar di arah selatan  tanpa tanda-tanda sedang mengalami  gangguan.

Kamis  dini hari, kapal itu tenggelam dan 6 jam kemudian, pesawat BPC dikirim untuk menemukan kapal itu dan  3 kapal bantuan segera dikirimkan untuk merespon panggilan darurat.

Mantan diplomat Australia, Tony Kevin  menilai AMSA sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian para pencari suaka itu.

Kepada ABC, Ia mengatakan banyak hal yang harus dijelaskan oleh otoritas Australia.

"Mereka meneruskan tanggung jawab kepada Indonesia yang  menanggapinya dengan tidak tepat dan orang-orang tewas karena tindakan ini,” katanya.

"Menurut Saya AMSA yang bertanggung jawab dalam insiden ini,” tegasnya.

Kevin mengatakan Australia harusnya memimpin upaya penyelamatan karena Indonesia tidak peduli dengan nasib para pencari suaka.

"Penumpang di kapal itu bukan warga Indonesia, kalaupun awak kapal itu orang Indonesia, tapi mereka bukan orang penting. Mereka hanya warga kecil dari kampung. Saya kira Indonesia tidak akan memberikan pertolongan secara cermat dan sungguh-sungguh terhadap orang-orang seperti itu," jelasnya.

Pengadilan Australia mengatakan lebih dari 200 orang laki-laki dari Afghanistan, Pakistan dan Iran telah membayar kepada sejumlah penyelundup  berbeda antara 5000 - 6000 Dolar untuk bisa naik ke kapal pada bulan Juni 2012 lalu.

Kepada pengadilan sejumlah pencari suaka yang selamat mengatakan mereka sangat khawatir ketika mengetahui harus naik ke dalam kapal kayu yang berukurang kecil.

Mereka menggambarkan kapal kayu itu sangat tidak layak melakukan perjalanan, sangat padat dan tidak tersedia jaket penyelamat yang cukup.

Bahkan dinding kapal ada yang bocor dimakan rayap,. Lantai kayu di kapal itupun sangat rapuh, sehingga mereka harus berhati-hati ketika berjalan karena bisa jatuh.

Para pencari suaka mengatakan para penyelundup berjanji akan mengirimkan kapal lain untuk mengurangi 50 orang penumpang di kapal itu dan akan menyediakan jaket pelampung tambahan, tapi janji itu tidak pernah ditepati.

Meskipun mereka sudah menyatakan kekhawatirannya,  namun para penyelundup menyuruh mereka bergegas naik ke kapal sebelum datang polisi.

Empat orang Indonesia yang menjadi awak kapal juga disebut tidak berpengalaman dan lalai.

Setelah berlayar selama 5 jam, kapal mulai tersangkut di delta dan butuh sekitar 8 jam untuk bisa melanjutkan perjalanan.

Penumpang dikapal memberitahukan awak kapal kalau mereka ingin kembali ke Indonesia dari pada tewas di kapal tersebut.

Salah satu awak kapal, bahkan dengan terang-terangan mengatakan  tidak yakin kapal itu bisa berlayar sampai ke Australia karenanya dia kembali ke Indonesia dengan menumpang kapal pencari ikan yang menolong mereka keluar dari delta.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement