Kamis 01 Aug 2013 13:16 WIB

Pengiriman Pencari Suaka ke PNG Sebagai Peringatan

Red:
Pengiriman para pencari suaka
Pengiriman para pencari suaka

CANBERRA --Menteri Imigrasi Australia Tony Burke menegaskan, pengiriman rombongan pertama pencari suaka ke Papua Nugini menunjukkan bahwa pemerintah "serius" dalam kebijakannya untuk tidak menempatkan pencari suaka di Australia.

Pemerintah Australia menggunakan pengiriman rombongan pertama pencari suaka ke PNG sebagai peringatan bagi penyelundup manusia serta mereka yang berniat menggunakan jasa penyelundup manusia untuk pergi ke Australia.

Sekelompok pencari suaka, mayoritas asal Iran dan Afghanistan tiba di Pulau Manus, PNG, setelah diberangkatkan malam sebelumnya dari Christmas Island.  "Saat ini terdapat 40 orang di Papua Nugini yang menyadari bahwa penyelundup manusia tidak bisa menjual apa-apa lagi," ucap Bourke, "(mereka menyadari) bahwa janji tentang hidup dan bekerja di Australia, yang dijual oleh penyelundup manusia sebelum mengirim orang ke lautan lepas dengan perahu, tidak lagi tersedia."  

Di bawah kebijakan baru pemerintah Australia, para pencari suaka yang datang dengan perahu akan diproses oleh PNG dan ditempatkan di negara itu. PNG menerima bantuan finansial dari Australia untuk melakukan hal tersebut. 

Burke menjelaskan fasilitas di Pulau Manus tengah diperbanyak, dan diharapkan bisa menampung keluarga-keluarga pencari suaka. 

Sentra penampungan permanen di pulau tersebut direncanakan menampung 1.000 orang. 

Lebih dari 1.300 orang telah tiba di Australia sejak pemerintah mengumumkan kebijakan baru tersebut. 

Pada saat bersamaan dengan pengiriman rombongan pertama, Perdana Menteri PNG  Peter O'Neill menjelaskan secara garis besar biaya proyek-proyek besar yang akan dibiayai Australia sebagai bagian dari persetujuan mengenai penanganan pencari suaka. 

Australia setuju untuk membiayai proyek infrastruktur besar di PNG, seperti perbaikan rumah sakit, sebuah universitas dan gedung-gedung pengadilan. Menurut O'Neill, biaya proyek-proyek tersebut lebih dari 750 juta dollar. 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement