Rabu 02 Oct 2013 16:54 WIB

Kongres AS Masih Berseteru, Instansi Tetap Tutup

Rep: Ichsan Emerald Alamsyah/ Red: A.Syalaby Ichsan
Kongres Amerika
Kongres Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Memasuki hari kedua, perseteruan antara Presiden Barack Obama dan anggota Kongres dari Partai Republik tampaknya belum berakhir.

Artinya sebagian instansi pemerintah, termasuk termasuk jaminan kesehatan bagi penderita kanker dan lembaga negosiasi perdagangan, masih akan berhenti. Beberapa kalangan menilai penutupan instansi pemerintah yang telah memasuki hari kedua ini bisa berlanjut selama beberapa pekan ke depan.

Hal ini menyebabkan publik khawatir dengan kapabalitas Kongres untuk menjalankan tugas mereka. Menurut seorang anggota DPR dari Republik Marsha Blackburn, penutupan instansi akan berlangsung selama beberapa hari.

Saat diwawancarai Fox News, dia menyatakan, penutupan akan terus berlangsung hingga masyarakat menyadari bahwa mereka bisa hidup tanpa pemerintah.

Anggota DPR (House of Representative) dari kubu Republik menawarkan membuka sedikit celah pendanaan bagi Taman Nasional Yosemite dan Yellowstone, panti bagi veteran dan District of Columbia.

Akan tetapi, Gedung Putih ternyata menolak rencana Republik tersebut, meski mereka mencoba meluluskan kembali Rabu (2/10), seperti dilansir Aljazeera. Banyak yang meyakini rencana Republik gagal karena Demokrat menguasai Senat. Demokrat bahkan berjanji takkan membiarkan proposal itu sampai ke meja Presiden Obama.

Sementara Presiden Obama berjanji akan melakukan veto jika aturan itu mencapai meja. Direktur Komunikasi Gedung Putih, Jennifer Palmieri mengatakan kepada MSNBC, pemerintah terbuka untuk bernegosiasi terkait hukum pelayanan kesehatan.

Akan tetapi bukan termasuk negosiasi terkait anggaran belanja pemerintah. Jika tak jua disetujui, Republik kemungkinan akan membalas dengan menolak usulan pemerintah untuk menaikkan batas utang negara.

Hal ini akan menyebabkan AS memiliki potensi besar tak bisa membayar utang dan menyebabkan kekacauan global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement