REPUBLIKA.CO.ID, NOUAKCHOTT -- Salah satu partai oposisi di Mauritania mengumumkan Senin kemaren, pihaknya akan mengundurkan diri dari Pemilihan Umum yang akan diselenggarakan 23 November mendatang.
Partai Union of the Forces of Progress (UFP) yang menjadi bagian dari koalisi partai oposisi mengatakan, pemboikotan itu dimaksudkan untuk membatalkan 'pemilu palsu' yang akan diselenggarakan oleh Presiden Mohamed Ould Abdel Aziz.
Dengan pengunduran diri ini berarti dari 11 partai yang masuk dalam koalisi oposisi hanya satu partai yang bersedia ikut berpartisipasi.
Dilaporkan AFP, Selasa (22/10), partai yang bersedia ikut itu adalah Tewassoul yang dinilai beraliran islamis. Partai ini bersedia ikut pemilu dengan alasan sebagai 'bentuk perjuangan melawan kediktatoran.
Pemilu di Mauritania sudah mengalami penundaan sebelumnya yang pada awalnya direncanakan akan diselenggarakan pada Oktober ini.
Setelah merdeka dari Prancis dan diperintah dengan sistem satu partai oleh penguasa Moktar Ould Daddah yang terguling 1978, Mauritania diperintah oleh beberapa pemimpin militer sampai pemilihan umum multi partai pertama tahun 1992.
Abdel Aziz berhasil meraih tampuk kepemimpinan tahun 2008 dengan kudeta dan terpilih sebagai presiden setahun kemudian.
Pihak oposisi tidak pernah menerima keabsahan kekuasaan itu. Mereka menuntuk adanya solusi untuk menciptakan kepemimpinan yang lebih netral.