REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Seorang aktivis kemanusiaan dari Yaman, Tawakkol Karman menunjukkan pada dunia betapa total dedikasinya untuk membantu sesamanya yang membutuhkan. Ia menjadi peraih Nobel Perdamaian, dan kemudian hadiah yang diterimanya tak dinikmati sendiri.
Ia memilih untuk menyumbangkan hadiah tersebut pada badan amal, yang membantu korban dan keluarga korban Revolusi Yaman tahun 2011 lalu. “Saya ingin mendedikasikan apa yang paling berharga dari diri saya untuk hal yang lebih bermanfaat bagi orang-orang yang saya cintai,” tulis Karman di laman facebooknya, seperti dilansir dari AFP.
Dalam acara yang digelar di Pusat Kebudayaan Sanaa, tertulis bahwa sumbangan yang diberikannya tersebut akan diberikan menjadi dana bantuan untuk keluarga syuhada dan korban yang terluka dalam revolusi 2011.
Ia telah menunggu selama dua tahun, sejak ia mendapatkan hadiah ini hingga akhirnya bisa memberikan bantuan ini, sesuai dengan izin Presiden Yaman, Abdu Rabu Mansour Hadi. Sang Presiden pun memuji tindakan Karman dan pengabdiannya pada revolusi dan perubahan yang terjadi di Yaman.
Karman pun menanggapi pujiannya tersebut. Menurutnya, apa yang ia lakukan merupakan sebuah kewajiban untuk memberikan kontribusi pada negaranya. “Ini adalah tugas bagi para pemuda yang ingin berkorban untuk perubahan dan membangun Yaman yang terwujud dalam negara yang penuh dengan kebebasan, keadilan, kesetaraan, dan tata pemerintahan yang baik,” katanya.
Pada Oktober 2011 lalu, Karman dianugerahi Nobel Perdamaian bersama dengan Presiden Liberia Ellen Johnson -Sirleaf dan Leymah Gbowee, rekan senegaranya.
Dia menjadi tokoh kunci di antara aktivis muda sejak mereka mulai berkemah di 'Change Square' di pusat kota Sanaa pada Februari 2011, menuntut berakhirnya kekuasaan keluarga Saleh yang telah menguasai negara ini selama tiga dekade. Ia pun pernah ditawan selama berhari-hari ketika berjuang dalam revolusi tersebut.