CANBERRA -- Menteri Keuangan Australia, Joe Hockey, mengatakan ada kemungkinan Australia juga akan mengalami ‘shutdown’ seperti yang baru-baru ini dialami Amerika Serikat.
'Shutdown' di AS terjadi akibat dua elemen Kongres, yaitu pihak senat, yang didominasi partai demokrat, dan pihak house of representatives, yang didominasi Partai Republikan, tak berhasil mencapai kesepakatan mengenai anggaran negara. Akibatnya, beberapa kegiatan di negara tersebut lumpuh.
Pemerintah Australia saat ini ingin meningkatkan plafon utang menjadi 500 miliar dollar (Rp 5.300 triliun), namun pihak oposisi, yaitu partai buruh, bersama partai hijau, menentang tindakan ini.
Partai buruh ingin membatasi plafon sebesar 400 miliar dollar.
Hockey memperingatkan bahwa bila pihak oposisi tidak mengalah, maka akan ada pemotongan pembelanjaan besar-besaran. “Tidak ada pilihan lain,” katanya dalam program pagi Radio National ABC , “Kalau Partai Buruh menghalangi peningkatan batas hutang, tak ada pilihan lain selain mengadakan pemotongan besar-besaran terhadap pembelanjaan pemerintah, karena pemerintahan ini berjalan dibiayai hutang yang kita warisi.”
Pertikaian soal hutang ini harus diselesaikan sebelum tanggal anggal 12 Desember nanti, saat pemerintah dijadwalkan mencapai plafon hutang 300 miliar dollar.
Hockey mengatakan bahwa pemerintah juga membutuhkan dana cadangan antara 40 miliar hingga 60 miliar dollar.
Namun, pihak oposisi meminta agar Ia mengumumkan anggaran terbaru sebelum menyetujui lebih dari 400 miliar dollar.
“Partai Liberal dulu berkampanye untuk menurunkan hutang,” ucap Chris Bowen dari partai buruh, “Mereka ingin meningkatkan plafon sebesar 67 persen – 200 miliar dollar-dan mereka belum memberi pembenaran atas permintaan ini.”