REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG — Senjata kimia milik Suriah kemungkinan besar bakal dimusnahkan di tengah lautan. Wacana ini mengemuka setelah Albania menolak permintaan AS untuk menjadikan wilayah mereka sebagai lokasi penghancuran senjata pembunuh massal tersebut.
Presiden Suriah Bashar Al Assad sebelumnya telah menyetujui mengikuti larangan global terhadap kepemilikan senjata kimia.
Keputusan ini diambil Assad setelah Washington mengancam Suriah dengan serangan udara, menyusul pembantaian yang dilakukan pasukan loyalis Assad terhadap warga sipil menggunakan gas sarin pada Agustus lalu.
Dikutip dari Reuters, Rabu (20/11), para diplomat Barat dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Den Haag saat ini tengah mempelajari peluang penghancuran senjata kimia Suriah di laut.
“Secara teknis, cara ini cukup layak diterapkan,” ujar salah seorang pejabat OPCW kepada Reuters, Selasa.
Kendati demikian, wacana tersebut masih mengundang polemik mengingat jumlah bahan kimia untuk persenjataan Suriah yang akan dimusnahkan cukup besar, yakni lebih dari 1.000 metrik ton.
Karena itu, para diplomat juga sedang mempertimbangkan kemungkinan kegiatan tersebut dilakukan di atas sebuah kapal ataupun lewat pengeboran lepas pantai.
“Cara yang sama pernah diterapkan Jepang saat mereka memusnahkan ratusan bom kimia di fasilitas lepas pantai, beberapa tahun yang lalu,” kata salah satu spesialis pelucutan senjata kimia independen, Ralf Trapp.