Ahad 05 Jan 2014 19:45 WIB

Kerry: Perdamaian Timur Tengah Harus Adil dan Seimbang

Secretary of State John Kerry
Foto: jakarta.usembassy.gov
Secretary of State John Kerry

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri LuarNegeri Amerika Serikat John Kerry, Ahad, mengatakan bahwa setiap rencana perdamaian Timur Tengah harus "adil dan seimbang," sementara ia berusaha mendesak para pemimpin Israel dan Palestina menuju status akhir perundingan.

Kerry mengeluarkan pernyataan-pernyataan itu sebelum terbang ke Amman dari Jerusalem setelah tiga hari melakukan diplomasi ulang alik antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Menlu AS itu, dalam kunjugan kesepuluhnya ke kawasan itu sejak memangku jabatannya kurang dari setahun lalu, memulai sembilan bulan perundingan-perundingan langsung Juli, setelah tiga tahun terhenti.

Ia sejak itu meningkatkan usaha-usahanya untuk mewujudkan perjanjian perdamaian seperti yang disepakati batas waktu akhir April dan kedua pihak menolak mengalah mengenai tuntutan-tuntutan mereka yang sebagian besar tidak dapat didamaikan.

"Saya dapat menjamin semua pihak yang Presiden AS Barack Obama dan saya berjanji untuk mendorong gagasan-gagasan yang adil, seimbang dan meningkatkan keamanan bagi semua penduduk kawasan ini," kata Kerry kepada wartawan sebelum bertolak menuju ibu kota Jordania itu.

Kerry mendesak para pemimpin Israel dan Palestina melakukan "pilihan-pilihan berat" untuk mewujudkan perdamaian abadi setelah puluhan tahun konflik, dengan mengatakan masih ada "ketegangan".

"Kita berada di meja perundingan sekarang karena tekad itu untuk berusaha menyelesaikan masalah ini, dan kedua pihak (Netanyahu dan Abbas) harus membuat pilihan-pilihan berat di meja perundingan."

Kita sekarang berada pada satu titik di mana pilihan-pilihan terbatas, dan pilihan-pilihan itu adalah riil dan sulit.

Kerry berjanji untuk berusaha lebih intensif dalam bulan-bulan mendatang,pertama untuk menyetujui satu kerangka memimpin perundingan itu.

Perjanjian perdamaian akan menangani semua masalah penting yang memisahkan kedua pihak termasuk mengenai garis perbatasan satu negara Palestina, pengungsi, nasib Jerusalem yang diklaim kedua pihak sebagai ibu kota, keamanan dan saling pengakuan.

Kerry pada Sabtu menekankan telah ada "kemajuan" dalam perundingan-perundingan itu, kendatipun ada saling tuduh oleh kedua pihak dan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dirundingkan bagi perjanjian perdamaian masa depan.

Tetapi kunjungan terbaru Kerry ke kawasan itu ditandai tuduhan-tuduhan pahit antara para pemimpin Israel dan Palestina,

Seorang anggota kabinet yang dekat dengan Netanyahu, Ahad, mengatakan Israel menolak setiap konsesi keamanan yang diusulkan AS bagi Lembah Jordan, tempat perbatasan Tepi Barat dengan Jordania.

"Status keamanan harus tetap berada pada kekuasaan kami, Siapapun yang mengusulkan satu solusi atas Lembah Jordan dengan mengerahkan pasukan internasional, polisi Palestina atau peralatan teknologi ... tidak mengerti soal Timur Tengah," kata Menteri Intelijen Yuval Steinitz.

Komentar-komentar itu dikeluarkan setelah satu sumber Palestina mengatakan AS mengusulkan satu kehadiran militer gabungan Israel-Palestina untuk menjamin keamanan di daerah itu, tanpa menetapkan satu batas waktu kapan pasukan Israel akan ditarik.

Palestina mendukung satu pasukan keamanan internasional melakukan patroli di Lembah Jordan berdasarkan satu perjanjian perdamaian, tetapi Israel menekankan akan tetap mempertahankan kehadiran militer untuk jangka waktu lama di daerah itu yang kini didudukinya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement