Selasa 14 Jan 2014 17:49 WIB

Perundingan Damai Sudan Selatan Dilakukan di Klub Malam

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Joko Sadewo
Para pengungsi yang menghindar dari perang saudara di Sudan Selatan
Foto: Reuters
Para pengungsi yang menghindar dari perang saudara di Sudan Selatan

REPUBLIKA.CO.ID,  ADIS ABABA -- Setelah konflik dan perang saudara di Sudan Selatan makin mengkhawatirkan, upaya-upaya untuk mendamaikan pihak pemerintah dan oposisi pun dilakukan. Sebuah perundingan gencatan senjata antara pendukung setia Presiden Salva Kiir dan pendukung mantan wakil presiden Riek Machar dilakukan.

Namun, tak disangka, perundingan gencatan senjata itu justru digelar disebuah klub malam ternama, Gaslight, di sebuah hotel di Addis Ababa. Seperti dilansirdari BBC, pemilihan lokasi perundingan gencatan senjata itu tentu saja membuat para delegasi yang turut menghadiri terkejut.

Tentu saja mereka tidak dengan sengaja mempersiapkan lante dansa klub malam itu sebagai tempat perundingan untuk memutuskan masa depan Sudan Selatan. Namun, karena hotel Sheraton yang telah dipilih sebelumnya telah dipesan oleh Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, mereka terpaksa merubah lokasi pertemuan.

Ketikaitu, Shinzo Abe berada di Addis Ababa dalam sebuah kunjungan pertamanya di Afrika. Klub malam Gaslight ini merupakan sebuah klub malam termewah dan menjadi tempat berhura-hura bagi sejumlah orang kaya di wilayah itu.

Meskipun begitu, para delegasi yang menghadiri tampak tak senang berada di tempat yang penuh dengan cahaya remang-remang dengan suara yang berisik. Untungnya, perundingan penting untuk mengakhiri konflik politik antara Kiirdan Machar itu digelar pada siang hari yang biasanya tak digunakan oleh para pengunjung.

Negosiasi itu diawasi oleh blok regional Afrika Timur, Igad. Dalam perundingan itu para delegasi berharap dapat melakukan kesepakatan gencatan senjata setelah perang saudara yang terjadi menewaskan lebih dari 1.000 orang berdasarkan data PBB.

Sebulan lebih konflik politik itu terjadi. Konflik berdarah itu dimulaisejak 15 Desember antara pendukung setia Presiden Salva Kiir dan pendukung Makhar, mantan presiden yang telah dipecat oleh Kiir pada Juli lalu. Bentrokan-bentrokan yang terjadi di antara dua kelompok itu mengkhawatirkan semua pihak.

Bahkan, sejumlah negara pun turut mengirimkan pasukan tentaranya untuk membantu evakuasi warga negara asing. Machar dituduh tengah berusaha menggulingkan pemerintahan Salva Kiir. Perselisihan kedua pemimpin yang berbeda etnis itu pun melibatkan kelompok etnis Dinkas yang dipimpin oleh Machar dan etnis Nuer yang dipimpin oleh Kiir.

Sudan Selatan yang memisahkan diri dari Sudan sejak 2011 ini merupakan negara termuda di dunia. Sejak 22 tahun yang lalu, perang saudara telah terjadi di Sudan Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement