Sabtu 18 Jan 2014 22:05 WIB

Kebun Buah untuk Aborigin Mulai Dipanen

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Pasangan Brenton dan Margaret Pope memulai perkebunan untuk penduduk Aborigin Kenmore Park di Australia tahun 2005. Tahun ini,  panen di perkebunan tersebut membantu para bumiputra mendapat buah-buahan dengan harga lebih murah dibanding di supermarket.

Perkebunan milik pasangan Pope terletak di daerah yang terbilang terpencil, yaitu di tanah bumiputra bernama Anangu Pitjantjatjara Yankunytjatjara (APY), yang terletak di sebelah barat laut Australia Selatan.

Perkebunan tersebut terletak di sebelah Selatan Kenmore Park, yang terletak 450 kilometer dari kota Alice Springs dan hanya dihuni sekitar 20 orang. Jenis pohon-pohon yang termasuk dalam perkebunan tersebut adalah aprikot, jenis jeruk-jerukan, dan anggur.

Brenton dan Margaret Pope saat ini berusia 80an tahun. Menurut Brenton Pope, perkebunan tersebut didirikan untuk membantu masyarakat bumiputra Aborigin setempat, yaitu Anangu, dalam hal makanan dan juga pekerjaan. 

"Saat kita pertama kali menanam, kami berkata pada mereka, 'akan datang hari serupa 45 tahun lalu, saat kalian hidup tanpa dana bantuan pemerintah dan kalian harus bekerja keras untuk makan," cerita Pope.

"Kami percaya, hari itu semakin dekat. Jadi, kami ingin siap membantu menjembatani transisi tersebut dan menyediakan makanan bagi masyarakat, terutama anak-anak."

Menurut Pope, buah-buahan selama ini terlalu mahal bagi masyarakat bumiputra.

Tahun ini, perkebunan Pope menghasilkan panen besar: empat ton aprikot, enam ton anggur, dan ratusan ember buah jeruk mandarin. Sebagian buah-buahan bahkan sampai ke kota Alice Springs dengan bantuan media sosial internet, terutama situs Facebook.

Para pembeli bisa mendapat buah-buahan dari perkebunan itu dengan harga sekitar 3 dollar per kilogram, dan bukannya 10 dollar seperti harga di supermarket.

Perkebunan pasangan tersebut didirikan sebagai organisasi amal, dan menggunakan sistem bertenaga surya serta air tanah. Saat ini, tantangan terbesar adalah mencari staf dan pengiriman hasil panen.

"Kita harus memahami apa yang telah kita lakukan pada budaya Aborigin sejak kita memberi mereka dana bantuan pemerintah," jelas Brenton Pope, "bantuan tersebut menghancurkan motivasi kerja mereka."

Tahun 2014 ini, Pope ingin berfokus pada membagi pengetahuan dengan komunitas-komunitas sekitar, agar bisa membuat kebun serupa. "Saya ingin melihat kebun sayur di setiap halaman belakang!" ucapnya.

Dalam usia mereka yang makin sepuh, mereka pun ingin melihat lebih banyak orang mengikuti jejak mereka. "Bisa dilakukan, tapi kalau tidak direstui masyarakat setempat, anda buang-buang waktu," jelas Brenton Pope.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement