REPUBLIKA.CO.ID, MONTREUX -- Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa saat di pertemuan Konferensi Jenewa II menyampaikan bahwa diplomasi dan negosiasi harus selalu diutamakan dan dikedepankan dalam penyelesaian situasi konflik, termasuk konflik di Suriah.
“Indonesia mendesak agar konferensi Jenewa II ini menegaskan tiga pesan utama dari masyarakat internasional,” kata Marty saat pertemuan internasional tingkat menteri untuk Suriah yaitu Konferensi Jenewa II yang diselenggarakan di Montreux, Swiss, Rabu (22/1) waktu setempat seperti dalam keterangan tertulis yang diterima ROL.
Pesan pertama, konflik Suriah tidak dapat diselesaikan melalui solusi militer melainkan harus melalui solusi politik yang komprehensif dan inklusif. Pesan selanjutnya, dihentikannya kekerasan bersenjata harus menjadi prioritas dan adalah kunci untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Suriah.
Pesan ketiga, bantuan kemanusiaan harus dapat disalurkan kepada kalangan sipil yang sangat memerlukannya. “Indonesia menyadari situasi di Suriah sangat kompleks. Namun kenyataan tersebut tidak dapat mengalihkan kita semua dari keperluan mendesak yang sangat fundamental dan mendasar yaitu dihentikannya segera konflik di Suriah,” ujarnya.
Pertemuan tersebut merupakan rangkaian konferensi internasional untuk Suriah yang digagas bersama oleh Amerika Serikat (AS) dan Rusia bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konferensi Jenewa I diselenggarakan pada 30 Juni 2012 di Jenewa, Swiss.
Sementara itu Konferensi Jenewa II diselenggarakan atas undangan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dihadiri oleh 39 negara yang secara khusus diundang, termasuk Indonesia. Negara-negara yang diundang adalah negara-negara kawasan di sekitar Suriah dan negara-negara lain yang dianggap dapat memberikan kontribusi penting terhadap penyelesaian konflik Suriah.
Konferensi ini ditujukan untuk menggalang dukungan masyarakat internasional terhadap proses negosiasi yang konstruktif diantara pihak-pihak yang bertikai di Suriah untuk mencapai penyelesaian yang komprehensif. Konferensi Jenewa II dinilai sangat penting karena untuk pertama kalinya pihak-pihak yang bertikai di Suriah duduk dalam meja perundingan.
Pertemuan internasional Konferensi Jenewa II dipimpin Sekjen PBB Ban Ki-Moon di Montreaux akan dilanjutkan dengan pertemuan diantara pihak-pihak Suriah di Jenewa pada Jumat (24/1) yang akan difasilitasi oleh Utusan Khusus Bersama untuk Suriah, Lakhdar Brahimi.