REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan intelijen AS dan Inggris diketahui secara rutin berusaha mendapat akses ke data pribadi dari Angry Birds dan aplikasi seluler lainnya. Dokumen milik Badan Keamanan Nasional AS (NSA) menunjukkan lokasi, situs web yang dikunjungi, dan daftar kontak termasuk dalam data yang disasar dari aplikasi seluler.
Sepak terjang NSA dalam mendapatkan akses data pribadi dari sejumlah aplikasi seluler ini terungkap dari dokumen paling baru yang dibocorkan oleh Edward Snowden.
Dalam sebuah pernyataan, NSA mengatakan tidak tertarik dengan data di luar 'target intelijen asing yang pasti'. "Implikasi bahwa pengumpulan intelijen asing oleh NSA fokus pada ponsel pintar atau komunikasi media sosial dari rakyat Amerika sehari-hari tidak benar," kata pernyataan tersebut.
Laporan yang dipublikasikan oleh New York Times, ProPublica dan Guardian itu mengatakan bahwa NSA dan badan intelijen Inggris GCHQ bekerja sama sejak 2007 untuk membangun akses guna mendapat informasi dari aplikasi ponsel dan tablet. Skala pengumpulan data belum diketahui.
Namun, laporan mengindikasikan bahwa data itu diambil dari pemetaan, video game, dan aplikasi jejaring sosial dengan teknik yang sama untuk menyadap lalu lintas internet ponsel dan Klik data pesan singkat (SMS).
Sebuah laporan GCHQ menunjukkan bagaimana menyadap informasi dari ponsel milik pengguna Angry Birds dan sistem operasi Android. NSA menyebut skenario itu seperti 'emas batangan'. Angry Birds telah diunduh 1,7 miliar kali di seluruh dunia.
GCHQ menolak berkomentar tapi menegaskan bahwa semua kegiatan mereka 'legal, penting, dan proporsional'.
Aplikasi lain yang disebut dalam dokumen tersebut antara lain situs berbagi foto Flickr, jejaring sosial berbasis film Flixter, dan aplikasi yang terkoneksi ke Facebook. Pembuat aplikasi bertanggung jawab atas informasi yang didapat dari setiap aplikasi, tapi tidak ada petunjuk bahwa perusahaan-perusahaan itu setuju untuk berbagi data dengan badan-badan intelijen tersebut.