REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Misi PBB di Sudan Selatan melaporkan terjadinya penjarahan meluas setelah melakukan patroli di kota pasar strategis, Bor, yang telah berpindah tangan beberapa kali selama konflik berlangsung.
''Para penjaga perdamaian juga menemukan bahwa kota minyak di bagian timur laut, Malakal, sepi dan tampak lengang," kata wakil juru bicara PBB, Farhan Had, kepada wartawan.
Di tengah pertempuran yang intens antara pasukan pemerintah dan oposisi, puluhan ribu orang telah melarikan diri dari Bor dan desa-desa sekitarnya. Mereka lebih memilih untuk mengambil peluang melawan buaya di Sungai Nil Putih dan penembak gelap dari tepian sungai daripada tetap tinggal di kota.
"Kemarin, sebuah misi patroli mengamati bahwa penjarahan di sebagian besar kota tampaknya telah meluas," kata Haq seraya menambahkan bahwa pasukan penjaga perdamaian mencatat perpindahan penduduk di pusat kota tapi daerah pemukiman sebagian besar terlihat kosong.
Pasukan penjaga perdamaian UNMISS melindungi sekitar enam ribu warga sipil di tempat pengungsian mereka di Bor dan 22 ribu yang lain di Malakal.
Dua kota itu telah menjadi lokasi bentrokan sengit antara tentara Sudan Selatan pendukung Presiden Salva Kiir dan pejuang pendukung mantan wakil presiden Riek Machar.
Sudan Selatan dilanda konflik pada tanggal 15 Desember dalam apa yang disebut Kiir sebagai upaya kudeta oleh Machar yang ia pecat pada bulan Juli.
Mantan wakil presiden membantah tuduhan itu. Dia balik menuduh mantan bosnya itu mencoba untuk membersihkan saingannya.
Pertempuran itu telah berubah menjadi pembunuhan etnis antara anggota masyarakat Dinka Kiir --kelompok terbesar di negara itu-- dan kelompok Nuer dari Machar.