REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat, Rabu (19/2) waktu setempat, mengecam pelanggaran kesepakatan gencatan senjata Sudan Selatan yang dirundingkan pada Januari setelah berpekan-pekan pertumpahan darah yang menyebabkan ribuan orang tewas.
Pertempuran antara tentara dan pemberontak Selasa di kota timur laut Malakal tampaknya terberat sejak pemerintahan Presiden Salva Kiir dan pemberontak pendukung setia mantan wakil presiden Riek Machar menandatangani gencatan senjata.
"Kami sangat prihatin dengan laporan pertempuran yang meluas di dalam dan sekitar Malakal," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Marie Harf, kepada wartawan dalam konferensi pers harian.
Harf menyebutnya sebagai pelanggaran terang-terangan dan penghentian perjanjian permusuhan yang ditandatangani 23 Januari di Ethiopia. Harf mengutuk kegagalan kedua pihak" untuk menghormati gencatan senjata.
''AS menyerukan kepada kedua pihak segera mengakhiri tindakan militer yang ditujukan untuk kegiatan lainnya," tambahnya.