Sabtu 08 Mar 2014 16:08 WIB

Astaghfirullah, Ribuan Muslim Diusir Dari Afrika Tengah

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi mengutuk pembantaian kaum muslim di Afrika Tengah di Depan Istana Negara Jakarta, Jumat (28/2).   (Antara/ Wahyu Putro)
Massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi mengutuk pembantaian kaum muslim di Afrika Tengah di Depan Istana Negara Jakarta, Jumat (28/2). (Antara/ Wahyu Putro)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA-- Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi mengatakan, sebagian besar Muslim di Afrika Tengah (CAR) telah diusir dari bagian barat Republik itu. Menurutnya ribuan warga sipil di negara tersebut beresiko dibunuh di depan mata.

Peringatan tersebut datang setelah menteri luar negeri Afrika Tengah memohon pada Dewan Keamanan PBB, untuk segera menyetujui pengiriman pasukan penjaga perdamaian. Pasukan perdamaian diharapkan dapat menghentikan pembunuhan dan meluasnya kekerasan di bekas koloni Prancis tersebut.

"Sejak awal Desember kami telah menyaksikan pembersihan mayoritas penduduk Muslim di CAR barat," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Antonio Guterres, saat pertemuan 15 negara anggota DK PBB pada Kamis (6/3).

Guterres mengatakan, dunia secara efektif menyaksikan 'pembersihan' mayoritas penduduk Muslim. Ia juga mengatakan, sebagian besar umat Islam yang tetap di wilayah tersebut berada di bawah ancaman permanen. Puluhan bahkan ratusan ribu orang telah meninggalkan negara tersebut.

 

Dewan menurutnya saat ini tengah mempertimbangkan proposak untuk pengiriman pasukan perdamaian. Sekitar 12 ribu pasukan akan dikirimkan untuk menghentikan kekerasan di negara tersebut. "Pekan lalu, sekitar 15 ribu orang terjebak di 18 lokasi di CAR barat, mereka dikelilingi milisi anti-Balaka dan beresiko sangat tinggi diserang," kata Guterres.

Kepala bantuan PBB Valerie Amos mengatakan, PBB telah menerima bantuan sekitar 551 juta dolar pada Desember. Dana tersebut untuk menyediakan makanan, perawatan medis dan tempat tinggal bagi para pengungsi Afrika Tengah.

"Demografi CAR telah berubah, dari sekitar 130 ribu sampai 145 ribu Muslim di Bangui, kini hanya sekitar 10 ribu pada Desember lalu," kata Amos dalam sebuah konferensi pers.

Angka tersebut menurutnya telah kembali mengalami penurunan. Untuk itu perlu tindakan cepat mengakhiri kekerasan di negara tersebut. Menteri Luar Negeri Afrika Tengah Toussaint Kongo-Doudou mengatakan kepada dewan, bahwa kelangsungan negaranya bergantung pada penyebaran pasukan PBB segera.

Kepala penjaga perdamaian PBB Herve Ladsous juga mendesak segera dikirimkannya pasukan PBB."Negara itu hampir tidak memiliki kapasitas untuk mengelola ancaman besar yang dihadapinya," kata Ladsous.

"Tidak ada tentara nasional dan sisa-sisa dari polisi dan mereka kekurangan peralatan dasar dan sarana untuk melaksanakan tugas-tugas mereka."

Uni Eropa sejauh ini telah mengerahkan sekitar 1000 tentara, untuk bergabung dengan 6.000 tentara Afrika dan 2.000 tentara Prancis. Namun pasukan tersebut belum mampu menghentikan pembunuhan dan memulihkan stabilitas.

Kelompok Hak Asasi Manusia mengatakan, puluhan ribu orang telah tewas sejak pemberontakan Seleka pecah. Koalisi pemberontak di utara yang sebagian Muslim itu merebut kekuasaan tahun lalu. Namun sejak kepergian pemimpin Seleka yang juga menjabat Presiden sementara CAR Michel Djotodia pada Januari, milisi Kristen anti-Balaka melakukan pembalasan. Anti-Balaka melakukan 'pembersihan' terhadap warga Muslim di Afrika Tengah.

sumber : Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement