REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina menambah kapal militernya ke Laut Cina Selatan untuk membantu pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sejak Sabtu (8/3) dini hari dalam penerbangan Kuala Lumpur-Beijing.
Dua kapal Angkatan Laut yang dikirim ke area lokasi adalah kapal destroyer "Haikou" dan "Kunlunshan" serta 50 anggota marinir dan perlengkapannya, media setempat melaporkan, di Beijing, Senin (10/3). Tak hanya itu, Cina juga menambah helikopter untuk mendukung pencarian pesawat nahas yang membawa 239 orang.
Sebelumnya Angkatan Laut China telah mengirim dua kapal perangnya, plus kapal patroli dari Kementerian Transportasi ke lokasi yang diduga sebagai tempat terakhir pesawat tersebut melakukan kontak dengan menara pengawas Subang, Kuala Lumpur, pukul 02.40.
Hingga Senin pagi ini operasi pencarian multilateral dari tujuh negara dengan 22 pesawat dan 40 kapal perang dan patroli, belum menemukan titik terang keberadaan pesawat Malaysia Airlines yang juga membawa tujuh warga negara Indonesia, selain 154 warga Cina dan 12 warga negara lainnya.
Keluarga dan kerabat penumpang warga negara Indonesia telah berada di Kuala Lumpur, Malaysia. Sedangkan anggota keluarga dari 154 penumpang warga negara Cina sampai saat ini masih menunggu di Beijing hingga pengurusan dokumen keimigrasian selesai.
Malaysia Airlines berencana membawa lima anggota keluarga atau kerabat dari setiap penumpang warga negara Cina. "Namun, untuk penerbangan awal kami akan membawa dua anggota keluarga dan kerabat dari setiap penumpang," kata perwakilan Malaysia Airlines di Beijing Ignitias Ong.
Pihak kepolisian dan keimigrasian Cina berupaya agar pengurusan paspor dan visa dapat dilakukan dalam satu hari. Diantara keluarga dan kerabat tersebut ada yang baru pertama kali melakukan perjalanan ke luar negeri.
"Kami tidak tahu bagaimana nanti setelah di negara lain, tapi saya ingin melihat anak saya jika nanti pesawat ditemukan, apapun kondisinya," ujar Li Hai (50 tahun), asal Provinisi Hebei.
Para keluarga dan kerabat penumpang warga negara Cina, sejak Sabtu (8/3), dikumpulkan di sebuah hotel di Beijing, tak jauh dari Bandara Internasional Capital Beijing.