REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rusia pada Kamis mengumumkan pihaknya telah memulai latihan militer di dekat perbatasan dengan Ukraina dalam apa yang terlihat sebagai unjuk kekuatan di tengah kebuntuan dengan Kiev serta negara-negara Barat menyangkut Krimea.
Secara terpisah, kementerian mengatakan Rusia telah mengirimkan enam jet tempur Su-27 serta tiga pesawat pengangkut militer ke sekutunya, Belarus.
Pengiriman itu dilakukan untuk menanggapi permintaan yang didesak adanya latihan bersama oleh Amerika Serikat dan Polandia di negara anggota NATO, Polandia, demikian dilaporkan Interfax.
Kementerian Pertahanan membenarkan bahwa latihan militer telah dimulai di Distrik Militer Selatan di dekat perbataan Ukraina.
Latihan itu melibatkan 8.500 personel artileri. Gambar-gambar yang muncul sebelumnya di media sosial memperlihatkan kendaraan-kendaraan sedang bergerak di wilayah tersebut.
Latihan militer itu mencakup artileri dalam jumlah besar serta berbagai peluncur roket Grad, Hurricane dan Tornado, kata Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan yang dimuat di situsnya.
Selain itu, latihan juga melibatkan artileri Howitzers dan Nona serta senjata antitank Rapier.
Latihan itu ditujukan untuk meningkatkan kerjasama dengan infantri bermotor, tank, penyerangan udara dan unit-unit marinir.
Salah satu latihan akan berupa penembakan musuh vertikal yang jaraknya hingga 15 kilometer. Sebagian latihan akan dilakukan malam hari, kata pernyataan itu.
Latihan juga akan dilangsungkan di wilayah Belgorod dan Kursk, yang berbatasan dengan
Ukraina, kata Kementerian Pertahanan seperti dikutip kantor berita pemerintah RIA.
Pengambilalihan wilayah Krimea di Ukraina oleh pasukan Rusia telah berlangsung tanpa pertumpahan darah, namun ketegangan di wilayah itu tinggi setelah parlemen daerah proRusia memutuskan untuk mengadakan pemungutan suara hari Minggu soal rencana bergabung dengan Rusia. Kiev dan negara-negara Barat menyebut pemungutan suara itu ilegal.
Angkatan bersenjata Rusia juga melakukan latihan yang lebih luas di distrik-distrik militernya di Pusat dan Barat, yang membuat Kiev dan negara-negara Barat khawatir dan menyebabkan kecemasan di wilayah-wilayah timur Ukraina, yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia.