Selasa 18 Mar 2014 16:03 WIB

Suriah Ingin Rekonsiliasi dengan Pemberontak, Kok Bisa?

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Konflik di Suriah
Foto: Youtube
Konflik di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS-- Kondisi di Suriah saat ini dinilai tepat untuk dilakukan proses rekonsiliasi. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Rekonsiliasi Suriah Ali Haidar setelah keberhasilan militer memerangi para pemberontak.

"Suasana untuk melakukan proses rekonsiliasi telah dicapai selama beberapa bulan terakhir karena kelompok militan bersenjata menemui jalan buntu dan gagal meraih kemenangan. Itulah sebabnya banyak dari mereka yang menyerahkan diri untuk menyelesaikan permasalahan dan mencapai kesepakatan," kata Haidar, seperti dilansir dari Xinhua.

Tentara Suriah sendiri telah membuat kemajuan dalam pertempuran melawan kelompok pemberontak di seluruh penjuru kota, khususnya di daerah sekitar ibukota Damaskus dan Homs. Sedangkan pemerintah Suriah sendiri juga menyatakan kesiapannya untuk melakukan rekonsiliasi.

Pada Ahad kemarin, pasukan Suriah berhasil mengendalikan wilayah kubu pemberontak utama di Yabroud, Damaskus Utara. Penangkapan oleh militer di Yabroud ini merupakan keberhasilan serangan terbaru terhadap para pemberontak.

Dalam wawancaranya dengan Xinhua, Haidar pun menyatakan faktor utama yang dapat membantu proses rekonsiliasi nasional adalah kemajuan operasi pasukan Suriah. Akhir-akhir ini, pemerintah Suriah sendiri terlihat lebih terbuka pada rekonsiliasi nasional setelah dikecewakan oleh upaya internasional yang dinilai lamban membawa solusi politik di negara itu.

Haidar pun mengatakan terdapat beberapa tantangan untuk melaksanakan rekonsiliasi nasional di beberapa daerah. Lanjutnya, ancaman paling berbahaya yang akan dihadapi adalah di wilayah yang dikuasai oleh pejuang jihad asing dan pengaruh luar.

Ia juga menekankan negaranya berkomitmen untuk melakukan proses rekonsiliasi. "Harus dibangun juga rasa kepercayaan dari kedua belah pihak dan kami berupaya agar proses rekonsiliasi ini dapat berhasil," katanya.

Lebih dari 100 ribu orang telah tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi sejak pihak oposisi berusaha menggulingkan Presiden Assad dan pemerintah pada Maret 2011. Selanjutnya, negara tersebut jatuh dalam perang berdarah antara militer Suriah dan pejuang pemberontak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement