Sabtu 19 Apr 2014 19:10 WIB

Penyandang Tuna Rungu Sudah Bisa Mendengar?

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Auditory Verbal Therapy atau AVT yakni  terapi pendengaran dan berbicara. AVT mulai diperkenalkan sebagai metode baru menangani anak dengan gangguan pendengaran pada pertengahan abad ke-20.

Tahukah Anda kalau 99% penyandang tuna rungu dengan tingkat gangguan pendengaran paling berat sekali pun ternyata masih memiliki kemampuan untuk mendengar. Hanya 1% saja yang benar-benar tidak bisa mendengar. Itulah teori yang melandasi metode Auditory Verbal Therapy (AVT) yang mendorong anak-anak Tuna Rungu untuk mampu mendengar dan berbicara dengan normal. Australia menjadi salah satu negara yang menjadi kiblat metode terapi ini.

Menurut Sinta Nursimah, salah seorang terapis AVT profesional di Surabaya, Jawa Timur, metode AVT mengajak penyandang tuna rungu untuk memaksimalkan kemampuan mendengar mereka yang masih tersisa dengan dukungan alat bantu dengar.

“Ada teori yang mengatakan 99% anak yang mengalami gangguan dengar tingkat yang paling berat sekali pun, itu sebetulnya dia masih punya sisa pendengaran. Hanya satu persen saja yang bener-benar tidak punya. Cuma masalahnya kenapa mereka jadi tidak mampu mendengar, karena tidak distimuli.” kata Sinta Nursimah dalam wawancara dengan Iffah Nur Arifah dari ABC, belum lama ini.

“Nah AVT ini mengajarkan anak Tuna Rungu untuk memakai alat bantu dengar kemudian kemampuan mendengarnya ini dirangsang terus supaya mereka bisa belajar mendengar. Dan mereka tidak cuma bisa mendengar saja, tapi juga belajar melalui mendengar. Kalau dia bisa mendengar berarti dia bisa belajar banyak hal yang bisa menunjang dia untuk dapat berkomunikasi seperti anak-anak normal lainnya.”

Menurut Sinta meski sekarang sudah mulai dikenal luas, namun penerapan metode AVT untuk menangani anak tuna rungu itu masih relative kecil dibandingkan dengan metode lainnya, seperti membaca gerak bibir atau bahasa isyarat. Padahal menurut Sinta, AVT memiliki banyak kelebihan.

“Karena anak diajarkan untuk mendengar, berarti dia memiliki akses untuk memiliki kemampuan berbicara dan komunikasi verbal, sehingga dia bisa masuk ke sekolah umum, dia juga bisa berinteraksi dengan teman, dan masuk  ke masyarakat mendengar pada umumnya.”

“Sementara mereka yang mengembangkan bahasa isyarat memerlukan komunitas tertentu untuk bisa dipahami karena tidak semua orang  bisa mengerti bahasa isyarat, meskipun metode ini lebih terjangkau, karena tidak perlu membeli alat bantu pendengaran yang harganya masih cukup mahal bagi sebagian orang.” katanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement