Selasa 22 Apr 2014 12:55 WIB

Pembantaian Etnis di Sudan Selatan Makin Mengkhawatirkan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Sudan dan Sudan selatan
Sudan dan Sudan selatan

REPUBLIKA.CO.ID, BENTIU-- Kisruh antar etnis di Sudan Selatan kini semakin mengkhawatirkan. Permusuhan antar etnis yang dimulai oleh krisis politik negara itu pun telah menyebabkan perang saudara. Ratusan warga sipil Sudan Selatan telah dibantai oleh para pemberontak pemerintah yang telah menguasai pusat minyak di Bentiu pekan lalu.

Menurut misi PBB di Sudan Selatan, pembunuhan ratusan warga sipil ini berdasarkan perbedaan etnis. Mereka menargetkan masjid, gereja, dan rumah sakit. BBC melaporkan, pembantaian tersebut awalnya diserukan melalui pidato kebencian yang disiarkan oleh siaran radio lokal.

Dalam pidato itu disebutkan bahwa kelompok tertentu di Sudan Selatan harus meninggalkan kota. Selain itu, mereka juga menyerukan kaum pria untuk memperkosa wanita. Warga etnis Nuer merupakan pendukung dari pemimpin pemberontak Riek Machar yang telah dipecat sebagai wakil presiden.

Sedangkan, warga etnis Dinka yang menjadi etnis terbesar di negara itu merupakan pendukung utama pemerintahan Presiden Salva Kiir. Meskipun demikian, kedua belah pihak juga mendapatkan pendukung dari berbagai kelompok.

Namun, sejak konflik tersebut pecah pada Desember 2013 lalu, sejumlah laporan menyebutkan para pemberontak menargetkan membunuh etnis Dinka dan pasukan militer menargetkan etnis Nuer. Sejak saat itu, lebih dari sejuta warga Sudan Selatan telah meninggalkan rumahnya mencari perlindungan.

Misi PBB di Sudan Selatan (Unmiss) mengatakan penduduk Sudan Selatan yang bukan beretnis Nuer serta warga asing dipilih dan kemudian dibunuh. Sekitar 200 warga juga dilaporkan tewas di masjid Kali-Ballee yang menjadi tempat perlindungan mereka terhadap ancaman para pemberontak.

Warga etnis Nuer baik pria, wanita, dan bahkan anak-anak yang bersembunyi dimana saja akan dibantai, termasuk di rumah sakit. Pejabat kemanusian PBB Toby Lanzer yang berada di Bentiu selama dua hari mengatakan peristiwa yang terjadi di Bentiu merupakan peristiwa yang paling mengejutkan yang pernah ia hadapi. Kebanyakan warga yang dibunuh merupakan para pedagang Sudan, khususnya berasal dari Darfur.

Pengamat Sudan Selatan, James Copnall mengatakan dalam sebuah perang saudara yang ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia, laporan pembantaian di Bentiu merupakan peristiwa yang paling mengejutkan. Lanjutnya, warga yang berasal dari Darfur menjadi target para pemberontak karena telah mendukung pemerintahan Presiden Kiir melawan para pemberontak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement