Jumat 09 May 2014 01:52 WIB

Jelang 25 Tahun Kerusuhan Tiananmen, Wartawan Senior Cina Ditahan

Rep: c66/ Red: Mansyur Faqih
Wartawan senior Cina, Gao Yu
Foto: AFP
Wartawan senior Cina, Gao Yu

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Seorang wartawan senior di Cina diketahui telah ditahan oleh pihak berwenang. Penahanan itu diduga kuat terkait dengan peringatan 25 tahun tindakan brutal militer Cina pada para demostran di kerusuhan Tiananmen yang berlangsung dalam beberapa pekan mendatang.

Gao Yu (70 tahun) merupakan salah satu tokoh yang menentang tindakan brutal militer Cina pada kerusuhan yang terjadi di Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989. Gao ditahan atas tuduhan mencuri dokumen rahasia negara dan mempublikasikannya pada situs web, Xinhua News.

Gao pernah dipenjara pada 1989 setelah kerusuhan di Tiananmen . Selama lebih dari setahun ia mengalami penahanan karena menentang keras tindakan brutal milter tersebut. 

Selain itu, ia juga pernah dipenjara kembali pada1994 dengan tuduhan yang hampir sama seperti saat ini. Yaitu membocorkan rahasia negara melalui tulisannya mengenai politik partai komunis pada sebuah majalah di Hong Kong.

"Penahanan Gao Yu adalah bentuk intimidasi Pemerintah Cina yang khawatir ada orang yang berbicara buruk mengenai rezim mereka," ujar Zhang Lifan, seorang sejarahwan dan kritikus politik di Cina seperti dilansir AP.

Dokumen yang beberapa waktu lalu sempat dipublikasikan Gao diketahui berisikan pendapat agresif yang membatasi penyebaran gagasan demokrasi barat. Serta nilai universal, kebebasan pers, dan konsep ideologis yang terancam dengan rezim komunis.

Hal ini menimbulkan keprihatinan di sejumlah kalangan yang mengindikasi ada penyalahgunaan kewenangan pemerintah dalam penahanan Gao.

"Kasus ini tidak dapat secara legal dibawa ke pengadilan. Saya prihatin pemerintah telah menggunakan kewenangannya di luar batas," ujar Maya Wang, peneliti dari Human Rights Watch Asia.

Pu Zhiqiang, tokoh penting lain di Cina juga telah ditahan. Ia merupakan pengacara Hak Asasi Manusia terkenal di Cina yang juga menentang keras tindakan brutal militer Cina pada kerusuahn yang berlangsung 4 Juni 1985.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement