REPUBLIKA.CO.ID,JUBA -- Presiden Sudan Selatan Salva Kiir telah menunda penyelenggaraan pemilu presiden 2015. Keputusan ini diambil ditengah-tengah semakin seringnya pertempuran dengan pemberontak.
Dilansir dari Aljazeera, Kiir mengatakan negaranya perlu waktu untuk rekonsiliasi terlebih dahulu. Sehingga, kemungkinan pemilu akan digelar paling lambat pada 2018.
Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar, yang telah dipecat sebagai wakil Kiir pada Juli 2013, menandatangani kesepakatan gencatan senjata di Ethiopia pada Jumat lalu. Mereka pun menyatakan akan menggelar pembicaraan lebih lanjut mengenai pembentukan pemerintahan sementara untuk mengakhiri pertumpahan darah.
Namun, meskipun telah disepakati gencatan senjata, pertempuran masih saja berlanjut pada Senin. Kedua belah pihak pun saling menyalahkan satu sama lain.
Menteri Pertahanan Kuol Manyang mengatakan pertempuran tersebut terjadi di Upper Nile. Lanjutnya, pasukan pemerintah telah diperintahkan untuk tidak menyerang, namun untuk tetap membela diri.
Konflik ini bermula sebagai konflik pribadi antara Kiir dan Machar. Namun, kemudian beralih menjadi konflik antar etnis, yakni suku Dinka yang mendukung Kiir dan suku Nuer yang mendukung Machar.
Pertempuran di negara termuda tersebut menewaskan ribuan jiwa. Bahkan, lebih dari 1,2 juta warganya mengungsi.