REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pasukan Rusia, yang diperintahkan Presiden Vladimir Putin kembali ke pangkalan mereka dari dekat perbatasan Ukraina, menyiapkan keberangkatan, Selasa, kata kementerian pertahanan.
"Para komandan di daerah pelatihan menjelaskan jalur dan rencana gerakan bagi pasukan untuk meninggalkan daerah itu," kata Interfax mengutip sumber kementerian tersebut.
"Orang-orang telah mulai membongkar tenda-tenda mereka, membongkar peralatan dan membentuk lajur-lajur kendaraan dan baju besi," kata kementerian itu.
Putin pada Senin mengumumkan bahwa pasukan, yang diperkirakan NATO sejumlah 40.000 petugas, yang akan kembali ke pangkalan setelah akhir latihan musim semi.
Kehadiran mereka telah meningkatkan keprihatinan mendalam di Barat setelah Moskow menganeksasi Krimea pada Maret dan pemberontakan merebak di timur Ukraina terhadap otoritas pro-Barat yang mengambil alih kekuasaan pada Februari setelah penggulingan pemerintah yang didukung Kremlin.
Penarikan tersebut bisa meredakan ketegangan-ketegangan menjelang pemilihan presiden Ukraina Minggu, tetapi baik Washington dan NATO - yang mencatat ketiga kalinya Moskow telah membuat klaim seperti itu -mengatakan mereka tidak melihat ada tanda-tanda penarikan mundur pasukannya.
Menurut Interfax, menteri pertahanan Rusia telah memerintahkan pasukan kembali ke pangkalan-pangkalan mereka setelah pelatihan militer dekat perbatasan dengan Ukraina, untuk memenuhi perintah Presiden Vladimir Putin.
Kremlin Senin mengumumkan bahwa Putin telah memerintahkan pasukan Rusia dekat Ukraina pulang ke pangkalan-pangkalan mereka, tetapi NATO dan Amerika Serikat mengatakan mereka tidak melihat tanda-tanda penarikan itu. Moskow tidak melaksanakan janji-janji seperti itu sebelumnya.
Kementerian pertahanan mengatakan pasukan itu, yang terlibat pelatihan militer di wilayah Rostov, Belgorod dan Bryansk diperintahkan mundur, kata laporan itu.
Seorang juru bicara kementerian pertahanan menolak memberi komentar mengenai perkembangan itu.
Moskow menggelar puluhan ribu tentara dekat daerah-daerah perbatasan di mana kelompok separatis telah mengumumkan negara-negara merdeka, dan Kiev serta sekutu-sekutu Baratnya khawatir mereka dapat digunakan untuk melakukan invasi mendukung pemberontak, demikian AFP.