REPUBLIKA.CO.ID, PBB, AS -- Kondisi politik di Republik Afrika Tengah telah memburuk secara signifikan dalam sebulan terakhir,
kata utusan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa bagi negara tersebut memperingatkan Selasa (25/6).
"Situasi politik telah terasa memburuk selama bulan lalu,"kata Babacar Gaye, Kepala Dinas Peacebuilding Integrated PBB di Republik Afrika Tengah, kepada Dewan Keamanan PBB.
"Ketidakamanan terus diciptakan oleh berbagai kelompok bersenjata membaik terlalu lambat untuk memuaskan penduduk," jelasnya melalui konferensi video dari Bangui.
"Hal ini telah menyebabkan meningkatnya kritik tentang ketidakmampuan pemerintah transisi untuk memberikan keamanan, yang berisiko mengurangi kewenangannya,"
Dia mengatakan ketidakpercayaan yang mendalam di antara partai-partai politik "bukan pertanda baik untuk pelaksanaan pemilihan umum yang kredibel awal tahun depan."
Perlucutan senjata dan dialog politik inklusif adalah langkah-langkah penting untuk mencapai keamanan abadi, kata dia, dengan alasan untuk meningkatkan jajaran misi penjaga perdamaian Afrika di negara itu, yang dikenal sebagai MISCA, berkekuatan 6.000-petugas yang berusaha untuk mengatasi krisis bersama dengan sekitar 2.000 tentara Prancis.
Republik Afrika Tengah telah mengalami krisis sejak aliansi utama Seleka merebut kekuasaan dalam kudeta Maret 2013 yang dipimpin oleh Michel Djotodia.
Kelompok-kelompok sempalan pemberontak Seleka menjadi pembelot, dan memulai kampanye membunuh, memperkosa dan melakukan penjarahan.