Sabtu 19 Jul 2014 04:00 WIB

Setelah Tragedi MH17, Akankah Eropa Berikan Sanksi Tegas pada Rusia?

Rep: Satya Festiani/ Red: Bilal Ramadhan
Serdadu Ukraina pro-Rusia berjalan di atas puing pesawat MH-17 milik maskapai Malaysia Airlines yang jatuh di dekat Desa Grabovo, Donetsk, Ukraina, Kamis (17/7).
Foto: Reuters/Maxim Zmeyev/ca
Serdadu Ukraina pro-Rusia berjalan di atas puing pesawat MH-17 milik maskapai Malaysia Airlines yang jatuh di dekat Desa Grabovo, Donetsk, Ukraina, Kamis (17/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN-- Para pemimpin Eropa selama ini segan memberikan sanksi yang keras pada Rusia yang telah memasok senjata pada separatis Ukraina. Tragedi jatuhnya pesawat Malaysia MH17 di perbatasan Rusia dengan Ukraina dapat mengubah pemikiran mereka.

Politikus Eropa telah mulai berdebat mengenai tekanan yang akan diberikan pada Pemerintahan Rusia. "Ilusi telah berakhir. Ilusi yang membuat kita membawa Rusia ke jalur diplomatik. Itu telah berakhir," ujar seorang anggota Parlemen Jerman dari Partai Demokrat, Karl-Georg Wellmann, pada TIME, Jumat (18/7).

Menurut dia, Rusia telah memulai perang di bagian timur Ukraina dengan mengirimkan artileri, tank dan misil. "Itu bukan sebuah permainan. Itu kenyataan," ujarnya.

Sementara itu, Pemerintahan Obama telah memberikan sanksi yang lebih tegas pada Rusia. Para pemimpin Eropa telah mencoba untuk memberikan negosiasi diplomatik pada Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka juga telah menyetujui beberapa sanksi yang diberikan AS.

Politisi Eropa meyakini bahwa sanksi terhadap Rusia akan lebih keras, terutama jika investigator mengkonfirmasi bahwa jatuhnya pesawat MH17 disebabkan oleh separatis Ukraina.

"Tindakan terhadap Rusia akan jauh berbeda setelah ini," ujar penasihat Menteri Luar Negeri Belanda, Joris Voorhoeve.

Ia mengatakan, jika misil yang menembak jatuh MH17 berasal dari Rusia, Belanda akan memberikan sanksi yang keras pada Rusia.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement