REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande pada Sabtu (19/7) mengatakan setiap halangan bagi penyelidikan mengenai pesawat Malaysia Airlines MH-17 yang kecelakaan di Ukraina tak bisa ditolerir.
Hollande mengeluarkan komentar tersebut selama percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko pada Sabtu sore. Kedua pejabat tersebut menekankan sangat pentingnya untuk menetapkan bukti nyata guna mengumpulkan semua konsekuensi dalam tragedi yang mengerikan itu.
Untuk itu, setiap halangan bagi pekerjaan para penyelidik dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) atau pengamat dari Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) tak bisa ditolerir.
Sebagaimana diminta oleh PBB, mereka harus melanjutkan pekerjaan tanpa menunda-nunda dalam penyelidikan internasional akan akan membantu membuktikan kebenaran. Kedua pemimpin tersebut sepakat untuk melanjutkan pekerjaan bersama mereka dan tetap mengadakan kontak, kata pernyataan itu.
Pesawat penumpang Malaysia Airlines Boeing 777 MH-17 jatuh di Ukraina Timur dalam penerbangan dari Amsterdam, Belanda, ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada Kamis (17/7), sehingga menewaskan semua 298 penumpang dan anggota awaknya.
Pemerintah Ukraina dan gerilyawan di Ukraina Timur saling tuduh mengenai kecelalakaan tersebut. Gerilyawan menyatakan pasukan Pemerintah Ukraina menembak jatuh pesawat itu, sedangkan pemerintah di Kiev menyatakan Angkatan bersenjatanya tidak menembak benda terbang apa pun di wilayah tempat pesawat tersebut jatuh.