REPUBLIKA.CO.ID,
KUALA LUMPUR -- Dua kecelakaan berturut-turut dalam satu semester mengancam eksistensi Malaysia Airline System (MAS) sebagai perusahaan publik. Dengan kinerja yang tidak begitu berkilau, MAS sedang membicarakan opsi delisting.
Lembaga dana investasi milik negara Khazanah Nasional Bhd sedang membicarakan pembelian kembali saham MAS yang beredar di publik. Khazanah Nasional merupakan pemegang 69 persen saham maskapai penerbangan Malaysia tersebut. Khazanah memiliki aset senilai 40 miliar dolar AS. Aset ini berupa kepemilikan saham di 50 perusahaan Malaysia, mulai dari perbankan, perusahaan telekomunikasi, rumah sakit dan taman hiburan.
Dilansir Wall Street Journal, Selasa (22/7), Khazanah bahkan telah membicarakan opsi ini sebelum terjadinya penembakan pesawat MAS di Ukraina. Seorang yang dekat dengan isu ini mengatakan, delisting perusahaan di bursa efek Malaysia akan diumumkan di awal Agustus.
Sejak jatuhnya pesawat MH17 pada Kamis (17/7), saham MAS terseret 18 persen menjadi 0,185 ringgit. Sepanjang tahun, saham perusahaan yang juga kehilangan MH370 pada 8 Maret 2014 ini sudah jatuh 35 persen. Sampai penutupan perdagangan Jumat (18/7), nilai perusahaan mencapai 3,34 miliar ringgit.
MAS pada Sabtu (19/7), mengumumkan pengembalian tiket bagi penumpang yang memilih membatalkan penerbangan. Apabila sebagian penumpang melakukan ini, pendapatan MAS terancam.
Maskapai ini telah mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut, bahkan sebelum diguncang hilangnya MH370 secara misterius pada awal tahun lalu. MAS mengalami penurunan pemesanan tiket pesawat sejak kehilangan MH370.
Baru saja mulai menarik kembali kepercayaan pelanggan, MAS kembali dihantam cobaan dengan MH17. Kondisi ini memaksa MAS perlu melakukan restrukturisasi yang menuntut persetujuan pemerintah Malaysia.
Penurunan harga saham MAS akan memudahkan Khazanah dalam menarik kembali saham yang beredar di pasar. Wan Saiful Wan Jan, Kepala Eksekutif lembaga think tank Institute of Democracy and Economic Affairs mengatakan, lebih cepat menjadikan MAS sebagai perusahaan privat lebih baik. "Krisis ini akan memberi mereka kesempatan untuk melakukan restrukturisasi," ujar Wan Saiful, Selasa (22/7).