Senin 25 Aug 2014 19:00 WIB

Karzai Tinggalkan Kantor Presiden Afghanistan Awal September

Rep: c66/ Red: Bilal Ramadhan
Afghan President Hamid Karzai speaks during a news conference in Kabul on January 25, 2014.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Afghan President Hamid Karzai speaks during a news conference in Kabul on January 25, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Presiden Afghanistan Hamid Kazai mengatakan bahwa ia akan segera meninggalkan kantor kepresidenan dan menyerahkan pada penggantinya pada 2 September, Ahad (24/8). Dalam pengumuman pengunduran dirinya tersebut, Karzai mengingatkan kepada dua calon penggantinya, agar segera menyelesaikan konflik akibat perbedaan diantaranya, yang mengakibatkan sengketa pemilu terjadi.

Karzai mengatakan pelantikan presiden kedua sejak 2001 di Afghanistan ini tidak boleh ditunda kembali. Sebelumnya, pelantikan presiden baru Afghanistan dijadwalkan berlangsung pada 2 Agustus lalu. Namun, sengketa pemilu yang terjadi antara kedua kandidat membuat kekacauan dalam pemerintahan negara tersebut.

"Pemerintah Afghanistan telah mempersiapkan upacara pelantikan presiden baru pada 2 September mendatang. Presiden Karzai tidak akan tinggal lebih lama lagi di kantor kepresidenan," ujar juru bicara Karzai, Adela Raaz dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Istana Kepresidenan, dilansir Sky News, Ahad (24/8).

Dalam pernyataan yang dikeluarkan istana kepresidenan Afghanistan, Karzai menegaskan tidak akan merubah renvana keluarnya ia dari kantor jabatannya saat ini. Seperti diketahui, Karzai telah berada di kantor kepresidenan satu bulan lebih lama dari yang direncanakan sebelumnya.

Sengketa pemilu di Afghanistan terjadi, setelah pemungutan suara yang dilakukan pada putaran kedua Juni lalu telah menetapkan Ghani sebagai pemenang. Abdullah mengatakan Komisi Pemilihan Independen Afghanistan (IEC) telah melakukan kecurangan untuk memenangkan Ghani.

Bahkan, Abdullah mengancam akan mendirikan pemerintahan paralel dalam negara yang terbagi atas dua etnis utama tersebut, jika hasil pemilu disahkan. Perselisihan ini memunculkan kekhawatiran pecahnya perang antar etnis, seperti yang pernah berlangsung di Afghanistan pada 1992-1996.

Ghani mendapat dukungan dari Pashtun, yang merupakn etnis terbesar di Afghanistan, sedangkan Abdullah mendapat dukungan dari Tajik, yang merupakan etnis asal sang ibu. Pada waktu yang sama dengan pengumuman pengunduran dirinya pada awal September mendatang, Karzai juga melakukan pertemuan dengan dua kandidat presiden penggantinya yaitu Abdullah Abdullah dan Ashraf Ghani.

Ia berharap, audit yang sedang dilakukan untuk mengetahui pemenang yang sebenarnya dari pemilu Afghanistan dapat selesai tepat waktu. Kekhawatiran akan perang antar saudara juga membuat Amerika Serikat (AS) turun tangan untuk mengatasi kebuntuan atas sengketa pemilu yang terjadi. AS mengancam akan mencabut dukungan finansial dan keamanan di Afghanistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement