REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Pemuda UMNO mendesak Malaysia Airlines (MAS) menghentikan layanan alkohol dalam penerbangan dan mengusulkan penggunaan jilbab bagi pramugari Muslim sebagai bagian proses restrukturisasi maskapai tersebut.
Pimpinan Pemuda UMNO Dazma Shah Daud mengatakan, manajemen baru MAS tidak perlu khawatir untuk membuat perubahan karena penggunaan jilbab sudah tidak dianggap tabu.
“Kami menyarankan agar manajemen MAS mengizinkan atau menuntut pramugari Muslim untuk menggunakan jilbab dan seragam yang menutup aurat," kata Dazma kepada Sinar Harian, seperti dikutip the Malay Mail Online pada Rabu (27/8).
Dazma menekankan bahwa perusahaan penerbangan dari negara-negara Islam seperti Brunei, Saudi Arabia, dan Iran menuntut penggunaan jilbab bagi pramugari mereka. Ia mengatakan, pakaian ini terbukti tidak mengurangi reputasi para pramugari di sana.
“Kita seharusnya tidak perlu khawatir bahwa bisnis (MAS) akan terpengaruh karena kita harus percaya dengan janji Tuhan jika kita mengikutinya,” kata Dazma.
Kepala Biro Agama Pemuda UMNO, Azmir Yuzaimi Mohd Yunos mengatakan, MAS dan perusahaan penerbangan lain yang beroperasi di Malaysia yang multikultural harus berhenti menyajikan alkohol selama penerbangan karena bertentangan dengan Islam. Ia juga menyarankan MAS agar melakukan doa sebelum tiap penerbangan dilakukan.
“Maskapai Arab Saudi misalnya, mewajibkan pilot mereka membacakan doa (untuk Muslim) sebelum penerbangan. Kenapa kita tidak bisa melakukannya untuk Tuhan dalam tiap penerbangan? Sebagai seorang Muslim, kita perlu meminta perlindungan dari-Nya,” kata Azmir.
Sekretaris eksekutif Persatuan Pekerja MAS (Maseu) Mohd Jabbarullah Abd Kadir menyatakan, dukungannya atas usulan Pemuda UMNO. “Kami sebelumnya sudah menyampaikan hal ini kepada manajemen tingkat atas MAS. Itu bukan hal baru. Tapi kalau ada beberapa (pihak) mengajukan ini, Maseu akan mendukung,” kata Jabbarullah.
Laman keuangan internasional Bloomberg, kemarin melaporkan MAS kini merugi. Maskapai ini sedang mempertimbangkan untuk mengganti pimpinan eksekutifnya, Ahmad Jauhari Yahya. Perusahaan ini juga berencana untuk mem-PHK dan mengkaji kembali pesawat mereka sebagai bagian restrukturasi, menyusul terjadinya dua kecelakaan penerbangan yang terjadi tahun ini.