REPUBLIKA.CO.ID, MONS-- Seorang pejabat senior NATO Kamis mengatakan bahwa "lebih dari seribu" tentara Rusia kini sedang beroperasi di Ukraina.
"Mereka mendukung separatis, berkelahi dengan mereka dan berjuang di antara mereka," kata pejabat yang tak bersedia disebut namanya itu, dan menambahkan bahwa pasokan senjata oleh Rusia telah meningkat baik dalam "volume maupun kualitas".
Pejabat, yang berbicara kepada wartawan menjelang pertemuan puncak NATO pekan depan di Inggris itu, mengatakan situasi dibuat bahkan lebih mengkhawatirkan karena rute penting antara Donetsk dan Novoazovsk, di Laut Azov dekat dengan perbatasan Rusia, telah dipotong oleh pasukan pro-Kremlin.
"Garis pasokan juga dipotong" untuk tentara Ukraina, katanya.
Pejabat itu memperingatkan bahwa peristiwa terbaru di Ukraina "telah membuat jelas bahwa paradigma keamanan di Eropa telah berubah secara mendasar" dalam menghadapi "Rusia yang sangat agresif".
Dia mengatakan beberapa pekan terakhir telah melihat "kebangkitan nyata dalam kegiatan Rusia" di wilayah titik-api itu, termasuk pasokan senjata, amunisi, pelatihan pasukan khusus, intelijen dan dukungan logistik. "Semua ini telah sistematis ditolak, dan menambahkan kebingungan," katanya.
Laporan-laporan oleh NATO ini muncul sepekan sebelum pertemuan puncak aliansi di Cardiff, di mana tindakan yang mungkin melawan Rusia atas krisis di Ukraina akan menjadi agenda utama. Duta Besar Ukraina untuk Uni Eropa pada Kamis menyerukan bantuan militer Barat dalam "skala besar" saat muncul laporan-laporan bahwa tentara Rusia telah membantu membuka front baru di Ukraina tenggara.
Para pemimpin Uni Eropa akan membahas perkembangan itu pada pertemuan puncak Sabtu, terutama mengenai tugas utama Uni Eropa. Segera sebelum temu puncak, Presiden Ukraina Petro Poroshenko akan bertemu dengan Kepala Komisi Eropa Jose Manuel Barroso di Brussels, serta Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy.