REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memilih dua anggota parlemen yang dekat dengan Cina untuk pos pimpinan puncak partai, pada Rabu (3/9). Susunan baru kepemimpinan partai nampaknya menjadi sinyal bagi mencairnya hubungan dingin Jepang dengan Cina.
Perubahan eksekutif di Partai Demokrat Liberal (LDP) merupakan bagian dari perbaruan kepemimpinan yang luas. Termasuk perombakan kabinet, yang bertujuan memperkuat persatuan partai dan memoles citra Abe.
Susunan pimpinan dan kabinet baru Abe menghadapi sejumlah tantangan. Termasuk bagaimana memperbaiki hubungan dengan Cina, yang memanas akibat sengketa wilayah dan sejarah perang Jepang. Kabinet baru Abe juga tengah mempertimbangkan untuk menaikkan pajak penjualan, yang direncanakan tahun depan.
Dalam upaya untuk persatuan partai, Abe menujuk Menteri Kehakiman Sadaku Tanigaki menjabat Sekjen utama Partai LDP. Secara de facto Tanigaki juga menjadi kepala kampanye LDP dalam pemilu.
Tanigaki merupakan politisi sayap moderat dari LDP, yang memiliki hubungan baik dengan Cina. Ia juga ikut mengusulkan menaikkan pajak penjualan dalam dua tahap. Hal ini dilakukan untuk membatasi utang publik Jepang yang besar. Namun pelaksanaan tahap kedua masih diragukan, melihat laporan ekonomi Jepang yang suram.
Selain Tanigaki, Abe juga menunjuk veteran Toshihiro Nikai menempati posisi kedua kepemimpinan partai. Nikai juga dikenal memiliki kedekatan dengan Cina. Sementara Menteri Reformasi Administrasi Tomomi Inada, sekutu konservatif dekat Abe, menjadi kepala kebijakan LDP.
Abe telah memberi sinyal bahwa ia berharap bisa bertemu pemimpin Cina Xi Jinping, dalam pertemua puncak para pemimpin Asia-Pasifik di Beijing, November mendatang.
"Ia ingin mengirimkan sinyal kuat ke Cina bahwa ia ingin memperbaiki hubungan. Tak hanya Tanigaki, tapi Nikai juga memiliki hubungan baik dengan Cina," uajr analis politik Atsuo Ito.