Ahad 28 Sep 2014 14:26 WIB

Penggunaan Robot Pemerah Susu Ubah Perilaku Sapi

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para peternak yang menggunakan robot untuk memerah susu sapi, akhirnya menyadari adanya perubahan dalam perilaku ternak mereka. Teknologi robotik tanpa sentuhan tangan manusia ini membuat ternak sapi bisa memilih waktu yang tepat untuk diperah.

Ternak masuk ke dalam mesin, atau robot tersebut, kemudian ia membersihkan puting susu sapi, memasang cangkir susu, lalu mulai memerah.

Sebuah laser memindai payudara sapi dan mengarahkan cangkir penghisap ke puting agar siap diperah. Microchip yang ditempel pada sapi membuat rekaman volume produksi dan kualitas susu serta jumlah makanan yang dikonsumsi, tersimpan.

Teknologi baru ini memang belum banyak dipakai, sebagian besar karena biayanya yang tak murah.

Peternak asal selatan Queensland, Greg Dennis, telah mempekerjakan 4 robot, yang berbiaya 200 ribu dolar tiap robot-nya.

“Sapi kami, kini, tak lagi melihat manusia sebagai ancaman. Sekarang kami lihat mereka bergerak sebagai individu, dan mereka bertahan dengan sekelompok kawanan. Mereka jelas-jelas lebih tenang dan rileks dalam pergerakannya sebagai kelompok kecil, dengan ritme yang lebih lambat, dan pada waktu yang mereka inginkan sendiri,” jelasnya baru-baru ini.

Greg mengatakan, produksi susu telah meningkat 20%. “Sebenarnya kami melihat sapi-sapi kami, kini, hidup lebih lama daripada sebelumnya dan luka yang dideritanya pun berkurang,” ungkapnya.

Lembaga ‘Dairy Australia’ memperkirakan, ada sekitar 518 peternakan sapi perah yang beroperasi di negara bagian Queensland. Namun hanya sedikit di antaranya yang menggunakan robot pemerah susu.

Asosiasi Ternak Sapi Perah Skotlandia menyebut, 5% dari 1.000 peternakan sapi perah di negaranya menggunakan sistem robotik. Sally Williams beternak sapi perah di sekitaran Earlston, Skotlandia utara. Ia mengatakan, robot-robot di peternakan mereka telah menunjukkan bahwa sapi bukanlah binatang yang suka bergerombol.

“Perbedaannya terhadap sapi kami cukup dramatis, dalam soal bagaimana mereka berperilaku, dan kenyamanan yang mereka rasakan. Para sapi gembira mereka hanya bergerombol bertiga, berempat atau mungkin berlima. Mereka duduk bersama dalam kelompok yang sama sepanjang pagi, siang, dan malam,” kemukanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement