Selasa 04 Nov 2014 01:46 WIB

Yahudi Israel Semakin Terancam. Kok Bisa (1)

Yahudi belum tentu pendukung zionisme, tetapi mereka dipertemukan dalam satu benang merah yang sama.
Foto: Fitsnews.com
Yahudi belum tentu pendukung zionisme, tetapi mereka dipertemukan dalam satu benang merah yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Orang-orang Yahudi masih percaya pada Taurat, baik aturan tertulis maupun hukum lisannya merupakan wahyu dari Allah yang diterima oleh nenek moyang bangsa Yahudi di Sinai.

Perintah dan larangan didalamnya tetap dipertahankan Yahudi sampai sekarang. Taurat juga menjadi harapan dan kekuatan bagi Yahudi yang merasa termarjinalkan di Israel.

Dilansir dari Haaretz menurut Rabbi Avi Shafran  ini merupakan keyakinan dari salah satu aliran Yahudi tertentu. Tentu ini menjadi sebuah pertanyaan, akankah Yahudi non ortodoks menjadi keuntungan atau kutukan bagi masyarakat Israel.

Di komunitas Yahudi, Israel tidak mengalami pemisahan aliran Yahudi. Disana banyak pertentangan didalam keluarga Yahudi Israel. Tetapi pertentangan hanya sebatas di keluarga.

Sesama Yahudi dianggap bersaudara seluruhnya dan tidak peduli apapun alirannya.  Yahudi Israel sering diejek dengan sebutan monopoli ortodoks ketika memiliki masalah pribadi seperti perceraian ataupun perubahan aliran.

Yahudi Israel memiliki aturan tunggal. Perdana Menteri pertama Israel David ben Gurion menulis sebuah ungkapan Allah melarang pemisahan Israel menjadi dua.

Menurutnya angka mungkin telah berubah, tetapi tidak dengan kebenaran ungkapan tersebut. Di Amerika, aturan Yahudi tersebut telah menghasilkan beberapa Yahudi murni.

Aturan monopoli Yahudi memang menjengkelkan, tetapi dia mengklaim telah menjadi bagian dari suatu negara. Bahkan di barat, lembaga monopoli pasti ada. Sebuah negara Yahudi memerlukan aturan Yahudi untuk mendefinisikan apa itu Yahudi.

Ini berbeda dengan di Amerika Serikat dengan adanya kelompok reformasi dan kelompok konservatif. Di Amerika juga ada kelompok rekonstrukturisme dan Yahudi Humanis yang mengklaim sebagai murni Yahudi.

Padahal di Amerika telah terjadi Diaspora, dengan munculnya Yahudi Pluralisme. Sehingga keduanya dianggap bertolak belakang.

Satu sisi, orang-orang Yahudi dengan alasan apapun memilih untuk tidak mematuhi hukum tradisionalnya atau Ortodoks. Kelompok Yahudi Amerika selama ini memang tidak terlalu dituntut untuk mempertahankan identitasnya.

Dalam menjalakan ibadahnya, mereka tidak hanya memilih pendeta yang peduli tetapi juga pendeta yang tidak terlalu menganggap penting ketaatan aturan Yahudi ortodoks. Mereka juga membutuhkan pendeta yang mampu memberikan solusi dari masalah pribadi dan keluar dari kesedihan.

Kelemahan orang Yahudi di Amerika adalah seperti istilah Membiarkan seratus bunga Yahudi bermekaran. Meskipun tidak ada lagi komunitas Yahudi tunggal di Amerika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement