Selasa 04 Nov 2014 01:48 WIB

Yahudi Israel Semakin Terancam. Kok Bisa (2-habis)

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Erdy Nasrul
Bangsa Yahudi
Foto: Reuters
Bangsa Yahudi

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Rabbi Avi Shafran mempertanyakan Gerakan Yahudi non ortodoks yang masihkah peduli dengan peraturan keagamaan sebagai reformasi atau hanya sebuah aturan konservatif. Masalahnya adalah bahawa orang-orang Yahudi Ortodoks tidak bisa mengakui perubahan yang tidak sesuai dengan aturan.

Terdapat ribuan Amerika non Yahudi yang meyakini dirinya adalah orang Yahudi. Meskipun mereka tidak mengetahui anak urutan keberapa.

Atau bahkan mungkin mereka lahir dari perempuan dengan pernikahan kedua dengan pernikahan pertama yang sebelumnya melanggar peraturan keagamaan. Sehingga anak-anak Yahudi ortodoks sangat terbatas jumlahnya.

Satu waktu, seorang pemuda atau wanita ortodoks dapat hidup bersama dengan lawan jenisnya dengan pemikiran yang sama meskipun berbeda latarbelakang keanggotaannya. Ini diklaim sebagai eksklusifitas identitas Yahudi yang tidak lagi terjadi.

Seorang anak atau cucu Yahudi non ortodoks mungkin memiliki status halachic dari non Yahudi atau hasil dari sebuah pernikahan terlarang. Avi memiliki pengalaman sekitar 30 tahun lalu mengenai wanita muda ortodoks yang mengetahui nenek dari pihak ibu telah menjadi kelompok reformis.

Sehingga wanita muda tersebut menjadi Halakhi non Yahudi. Karena dia mau merubah alirannya.  Banyak diantara kaum Yahudi yang tidak pernah menelusuri asal usul mereka. Dan diantara mereka yang mengetahuinya enggan untuk merubah keanggotaan mereka.

Mereka yang menjadi kelompok reformis sama saja bukan Yahudi. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement