Selasa 04 Nov 2014 02:42 WIB

Israel Terkejut Yahudi Memiliki Banyak Aliran

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Erdy Nasrul
Permukiman Yahudi
Permukiman Yahudi

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Institut Demokrasi Israel di Yerusalem tengah mengikuti pergeseran aliran keagamaan yang ada di Israel selama 20 tahun terakhir.  Mereka mengamati pertumbuhan Yahudi Israel meningkat meskipun tidak banyak. 

Dilansir dari Haaretz Yahudi yang berlatarbelakang Sekuler, Konservatif, Reformis, lebih banyak berkembang. Peningkatan ini memperlihatkan Israel lebih meminati sekuler meski masih memiliki identitas Yahudi.

Juni 2014 sebanyak 3,2 persen penduduk Israel berafiliasi dengan kelompok konservatif, 3,9 persen dengan kelompok Reformis dan lebih dari 7 persen berafiliasi dengan dua kelompok tersebut. Peningkatan jumlah Yahudi non ortodoks ini tidak hanya presentase saja tetapi juga meningkatkan jumlah jamaah.

Saat ini jamaah konservatif yang beribadah di awal 2000 hanya 40 saat ini mencapai 70 orang. Sedangkan kelompok reformis saat ini mencapai 43 orang dibandingkan tahun 1990 hanya 12 orang.

"Tujuan kami adalah untuk membuat dua atau tiga jamaah baru setiap tahun dan akhirnya menguasai seluruh Israel dengan jamaah Yahudi non Ortodoks," ujar Gilad Kariv, Direktur Eksekutif Gerakan Israel untuk Yahudi Reformasi dan Progresif. Mereka telah mencatat dalam 10 tahun terakhir upacara pengakuan Yahudi meningkat dua kali lipat.

Pernikahan yang diresmikan oleh rabi pun meningkat 10 kali lipat dari 100 pada tahun 1990 saat ini menjadi 1000 pernikahan. Peningkatan ini mengejutkan karena negara asal Yahudi ini tidak pernah mengakui pernikahan yang dilaksanakan oleh rabi non ortodoks.

Sehingga pernikahan yang ingin memiliki status legal harus mendaftarkan pernikahannya dengan pernikahan di catatan sipil. Biasanya jamah konservatif dan reformis yang lebih mapan memiliki rumah ibadah pribadi tetapi mereka yang tidak memiliki rumah ibadah menggunakan pusat pelayanan masyarakat, panti jompo atau gedung olahraga.

Adanya rumah ibadah dan keanggotan eksklusif dikenal Yahudi yang berafiliasi berada Amerika Serikat. Tetapi tidak di Israel, bahkan mereka yang mengaku konservatif dan reformis Yahudi tidak hadir di rumah ibadah konservatif atau reformis dan sudah pasti tidak rutin beribadah.

Bahkan tak satupun diantara  mereka yang membayar iuran keanggotaan kelompok. "Keanggotaan rumah ibadah hanya sebuah kewajiban ketika kami diasingkan,"ujar Meir Azari yang menjabat kepala rabi di Beit Daniel, Tel Aviv.

Azari percaya titik balik Reformasi dan Konservatif di Israel adalah pembunuhan Perdana Menteri Yitzhak Rabin oleh seorang Yahudi Ortodoks tahun 1995. "Ketika itu, Israel sekuler bersedia dipimpin oleh rabi ortodoks, namun setelah pembunuhan, mereka bersumpah tidak lagi menginjakkan kakinya di sebuah rumah ibadah ortodoks lagi,"kata dia.

Direktur Kelompok Konservatif Yizhar Hess mengatakan banyak hal mempengaruhi perkembangan Yahudi non ortodoks. Namun mereka yang lama tinggal di luar neger bisa saja terpengaruh aliran Yahudi lain.

Faktanya setiap tahun, 1000 warga Israel yang ditempatkan di luar negeri sebagai utasan memiliki komitmen yang berbeda setelah pindah. Ini menjadi sebuah ancaman bagi mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement